KOMIK DAN CERITA BERGAMBAR

SERBUAN PASUKAN GAJAH


Mekkah mendadak tegang. Berita dari pedagang yang kembali dari Syam menyampaikan bahwa Raja Abrahah akan datang menyerang Ka’bah.

Sementara itu, usia kandungan Aminah( ibunda Nabi Muhammad) tinggal beberapa hari menunggu untuk melahirkan. Wanita tabah ini pun telah kehilangan suami tercinta, Abdullah. Abdullah meninggal dalam perjalanan berdagang ke Syam.

 Abdul Muthalib, ayah Abdullah dan beberapa pemimpin-pemimpin suku di Mekkah sering bertemu. Mereka berkumpul di Da’arunnadwah( tempat pertemuan). Mereka nampak tegang membicarakan suatu masalah.

“ Aku mendapat kabar Raja dari Habasyah membangun gereja yang sangat besar,” kata pemimpin suku.

“ Yaman memang sudah ditaklukkan Raja Abrahah,” kata pemimpin suku lainnya.

“Sekarang ia sedang menyiapkan ribuan pasukan,” kata pemimpin yang lain.

“Menurut kabar orang-orang kita disana, pasukan itu akan menyerbu Ka’bah,” kata salah seorang pemimpin.

“Apapun yang terjadi,  kita hadang mereka sebelum tiba di Mekah!,” kata seorang pemimpin.

Abdul Muthalib mendengarkan mereka dengan tenang. Ia memikirkan keselamatan Ka’bah dan penduduknya. Jumlah pasukan suku-suku di Mekah tidak banyak. Perlengkapan perang seperti kuda, panah, tombak tidak mencukupi untuk menghadang ribuan pasukan Raja Abrahah. “Bagaimana menyelamatkan Ka’bah?,” gumam Abdul Muthalib.

“Apa pendapatmu, Abdul Muthalib?,” kata seorang pemimpin “ pimpinlah kami, kami akan mematuhimu!,” lanjutnya.

Setelah bermusyawarah, akhirnya mereka memutuskan untuk mengirim pasukan. Gabungan pasukan dari berbagai suku bangsa Arab berjaga-jaga di luar kota Mekah. Sebagian kecil pasukan berjaga di dalam kota Mekah. Mereka yang tinggal di sekitar Ka’bah kebanyakan orang-orang tua, wanita dan anak-anak.

Hari menegangkan tiba. Pasukan bangsa Arab berjajar siap menghadang pasukan  Raja Abrahah jauh diluar kota Mekah. Panas terik menerpa padang pasir. Dari kejauhan berbaris rapi ribuan pasukan Raja Abrahah. Derap langkah pasukan itu menyembulkan asap debu mengepul ke udara.

Pasukan Raja Abrahah bergerak semakin dekat.

Dom.. dom.. dom... terdengar suara genderang perang yang menggetarkan....

Dari dalam kepulan debu itu muncul puluhan gajah diantara barisan pasukan perangnya. Orang-orang Arab terkejut.

“Pasukan gajah...!,” kata mereka.

Ketika kedua pasukan saling berdekatan, pertempuran tak bisa dielakkan. Pasukan Arab yang hanya bersenjatakan seadanya kocar-kacir diterjang Pasukan Gajah yang tinggi dan bertubuh besar. Sebagian mati terinjak, sebagian berlarian menghindar. Sungguh pertempuran yang tidak seimbang.

Tak butuh waktu lama, pasukan Raja Abrahah mengalahkan pasukan bangsa Arab. Mereka yang selamat dari kekalahan, segera bergegas menuju kota Mekkah. Mereka bertekad mempertahankan Ka’bah sampai titik darah terakhir.

Penduduk kota Mekkah menyelamatkan diri menuju daerah pegunungan untuk berlindung. Abdul Muthalib dan beberapa pemuda bertahan di Ka’bah .

Kota Mekkah hening. Tak terdengar lagi hiruk pikuk pedagang. Tak ada panggung penyair membaca syairnya. Lalu lalang peziarah pun tidak nampak. Abdul Muthalib dan beberapa pemuda yang bertahan di Ka’bah berdebar-debar jantungnya, menanti apa yang akan terjadi.

Mendadak langit yang biasanya cerah menjadi mendung diliputi awan hitam. Mereka yang bertahan di Ka'bah memandang langit dengan terperangah...


Dom.. dom..dom.. Pasukan gajah Raja Abrahah menuju Ka’bah. Raja Abrahah duduk di gajah terdepan. Dilihatnya Ka’bah dari jauh.

“Tempat itu akan kuhancurkan!,” kata Raja Abrahah dengan pongahnya.

Tiba-tiba, dibalik gumpalan awan mendung hitam yang menggantung di langit Ka’bah, ratusan burung Ababil terbang berbaris...

Bagaikan pasukan tentara dari langit, mereka meluncur terbang menuju pasukan Raja Abrahah.

Burung Ababil terbang berputar-putar diatas pasukan Raja Abrahah. Satu-persatu dari kaki burung Ababil menjatuhkan batu-batu, yang panas membara dengan api yang kadang-kadang menyelimutinya..


Batu-batu tersebut meluncur jatuh bagai hujan ke arah Pasukan Raja Abrahah. Suaranya riuh berdesing...

Pasukan Raja Abrahah terkejut. Barisan gajah yang semula berbaris teratur tiba-tiba berlari saling bertabrakan. Kuda-kuda pun berlari tunggang langgang. Batu-batu itu menghantam mereka sangat keras dan beruntun. Seketika pasukan Raja Abrahah kocar-kacir sebelum sampai di Ka’bah.

“ahhh.. mataku perih..!”

“aduh... tanganku sakit..!”

“kakiku... kenapa sulit digerakkan..!”

Begitulah teriakan dan jerit kesakitan yang terdengar dari pasukan mereka..

Pasukan Raja Abrahah mengalami kesakitan dan luka parah karena terkena batu-batu yang dibawa burung-burung Ababil. Kulit mereka melepuh, meremukkan sendi-sendi mereka.

Sehari kemudian mereka mati satu demi satu karena demam tinggi. Banyak korban berjatuhan, tak luput juga Raja Abrahah mengalami sakit yang sama. Pasukan Abrahah kemudian meninggalkan Mekkah.

Kota Mekkah kembali aman. Bangunan Ka’bah tetap berdiri kokoh. Ketika hamba-hambanya berdoa dengan keikhlasan dan penuh harap dan segala usaha dilakukan, pertolongan Allah dari arah yang tak diduga-duga datang. Penduduk kota Mekah kembali ke kediamannya. 

Tak lama setelah itu Raja Abrahah dikabarkan mangkat karena sakit.

https://www.youtube.com/watch?v=_KCnPhQHaHc

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanda-tanda Kenabian Muhammad SAW

PATI UNUS : Pejuang Pembebas Malaka