KOMIK DAN CERITA BERGAMBAR

Hamzah ra dan Umar ra Masuk Islam

 

Umar r.a masuk Islam


Di saat Rasulullah saw dan kaum muslimin mendapat tekanan terberat dari para pemimpin musyrikin Quraisy, Allah SWT menguatkan agama Islam dengan masuknya dua tokoh besar yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khaththab. Hal ini terjadi di tahun keenam dari nubuwah.

Hamzah bin Abdul Muththalib Masuk Islam

Suatu hari Abu Jahal melewati Rasulullah saw tatkala di Shafa, lalu mencaci maki dan melecehkan beliau, namun beliau hanya diam saja. Abu Jahal memukul kepala beliau dengan batu mengakibatkan beliau terluka. Lalu Abu Jahal berbalik menuju kumpulan orang-orang Quraisy di dekat Ka’bah dan mengobrol bersama mereka.

Seorang budak perempuan milik Abdullah bin Jad’an melihal semua kejadian itu. Sementara Hamzah baru pulang berburu sambil menenteng busurnya hendak menuju Ka’bah untuk thawaf sebelum kembali ke rumahnya. Di tengah perjalanan, ia dihentikan budak perempuan itu dan melaporkan semua perbuatan Abu Jahal terhadap Rasulullah saw. Hamzah adalah seorang Quraisy yang sangat teguh mempertahankan harga diri. Mendengar semua itu, Hamzah marah langsung menuju Ka’bah tanpa menyapa orang yang dilewatinya. Tujuannya hanya satu, menemui Abu Jahal. Tatkala masuk Ka’bah langsung menghampiri Abu Jahal memukulkan busur ke kepala Abu Jahal dan berkata, “ Kenapa kau cela dan kau maki Muhammad. Padalah aku telah menganut agamanya! Coba, ulangi makianmu padaku jika kamu berani!”

Orang-orang Bani Makzum dan Bani Hasyim pun saling berhadapan.

Abu Jahal berkata, “ Biarkan saja Abu Ummarah(Hamzah), karena aku memang telah memaki keponakannya dan menyakitinya!”

Mereka yang hadir di sana sangat terkejut dengan pengakuan Hamzah yang telah masuk agama Islam. Kaum musyrikin khawatir hal ini akan berpengaruh kepada pemuka-pemuka Quraisy  untuk mengikuti langkah Hamzah. Masuk Islamnya Hamzah juga memberi kekuatan baru bagi dakwah Rasulullah saw dan umat muslim.

Umar bin Khaththab Masuk Islam

Jika orang yang paling keras memusuhi Rasulullah saw adalah Abu Jahal, maka orang yang paling kejam menyiksa kerabat-kerabatnya yang masuk Islam adalah Umar bin Khaththab. Setiap kali melihat Abu Jahal atau Umar, Rasulullah selalu berdoa, “ Ya Allah, kuatkanlah agama-Mu ini dengan salah seorang yang paling Engkau cintai dari keduanya.”

Semakin kerasnya intimidasi yang harus diterima oleh kaum muslimin di tahun keenam kenabian, Rasulullah saw semakin berharap doa beliau dikabulkan. Allah SWT pun mengabulkan permohonan beliau.

Suatu hari, Umar keluar rumah dengan rasa marah sambil menghunus pedang. Di tengah jalan, ia bertemu Nu’aim bin Abdillah yang diam-diam telah masuk Islam.

Nu’aim bin Abdillah bertanya, “ Hendak kemana engkau, wahai Umar?”

“ Muhammad telah memecah belah kaum Quraisy, menganggap rendah akal mereka, mencela agama mereka, dan menghina tunah-tuhan mereka. Aku akan mencari dan membunuhnya”, jawab Umar.

“Apakah engkau mengira Bani Abdi Manaf akan membiarkanmu hidup jika kau bunuh Muhammad? Mengapa engkau tidak kembali saja ke rumahmu dan mengurus keluargamu?” kata Nu’aim.

Nu’aim memberitahukan bahwa saudari Umar, Fatimah dan suaminya diam-diam telah memeluk Islam. Mendengar hal itu Umar segera bergegas menuju rumah saudarinya dengan amarah yang meluap.

Fatimah dan suaminya sedang mempelajari Al Qur’an bersama Khabbab bin Aran. Sesuai anjuran Rasulullah saw agar umat Islam mempelajari agama mereka secara sembunyi di tengah situasi yang tidak kondusif. Ketika mendekati rumah saudarinya, Umar sempat mendengar Khabbab melantunkan ayat-ayat Al Qur’an. Umar segera menggedor pintu. Terkejut dengan kedatangan Umar yang tiba-tiba, Khabbab segera sembunyi. Pintu rumah dibuka. Umar masuk dan bertanya tentang suara yang didengarnya tadi. Fatimah dan suaminya mencoba mengelak. Tetapi Umar kembali bertanya dengan tegas, “ Kudengar kalian berdua telah memeluk agama Muhammad. Benarkah itu?”

Suami Fatimah maju dan bertanya, “ Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika ternyata yang benar bukan agamamu?”

Umar langsung menyerang dan membantingnya. Ia lalu menghajar dan menendang sekuat tenaga. Melihat suaminya terancam, Fatimah langsung menghadang Umar. Fatimah terkena pukulan yang keras. Akibat pukulan itu kepala Fatimah terluka dengan darah mengucur deras. Saat itulah Fatimah dan suaminya berdiri menghadap Umar. Dengan keteguhan hati dan keberaniannya, keduanya berkata, “ Ya. Kami telah masuk Islam dan beriman kepada Allah serta Rasul-Nya. Sekarang lakukan apa pun yang engkau kehendaki.”

Umar menyaksikan darah mengucur dari kepala Fatimah. Tiba-tiba ia merasa iba dan menyesali perbuatannya. Ketika Umar melihat air mata mengalir dari mata Fatimah yang tengah menatapnya. Ia tahu bahwa keberanian memperjuangkan keyakinan ini adalah semangat paling mendasar yang dimiliki keluarganya. Rasa marah pelan-pelan menghilang dari hati Umar. Umar terduduk di atas ranjang, kemudian melihat lembaran di sudut rumah.

Umar bertanya,” Tulisan apa itu? Berikan padaku!”

Fatimah tegas berkata, “ Tidak akan ku berikan padamu. Engkau tidak pantas. Ini tidak boleh disentuh, kecuali oleh orang-orang yang bersuci.”

Umar mandi untuk bersuci seperti yang diminta adiknya, Fatimah. Kemudian lembaran itu diberikan kepada Umar dengan diawali membaca kalimat “ Bismillahirrahmanirrahim”.

Umar bergetar ketika menyebut nama Allah ar Rahman ar Rahim. Ia berhenti sebentar, lalu dilanjutkannya surat At Thaha yang artinya:

“ Thaha. Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah, melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut ( kepada Allah), diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi; (yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy. Milik-Nyalah apa yang ada di langit, apa yang ada di bumi, apa yang ada di antara keduanya, dan apa yang ada di bawah tanah. Dan jika engkau mengeraskan ucapanmu, sungguh, Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik.” (Thaha[20]:1-8)

Di sini Umar berhenti sejenak. Tubuhnya gemetar. Lalu dilanjutkannya sampai ayat,

“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Thaha[20]:14)

Umar lagi-lagi terdiam, kemudian ia melanjutkan bacaannya,

“Sungguh, hari Kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan.” ( Thaha[20]:15)

Umar terdiam lagi sejenak. Lalu ia bergumam, “ Betapa indah dan mengesankan.”

Ketika Umar telah tenggelam dalam perenungan keindahan Al Qur’an, Khabbab keluar dari persembunyiannya. Ia berkata, “ Wahai Umar. Demi Allah, aku sungguh berharap engkaulah yang dipilih Allah sebagai jawaban dari doa Rasulullah. Aku mendengar beliau berdoa kemarin agar Allah menguatkan Islam dengan salah satu dari dua orang, engkau atau Abu Jahal. Berimanlah kepada Allah, wahai Umar?”

Umar tetap diam, cahaya Al Qur’an telah menerangi dan menenangkan jiwanya. Ia berkata kepada Khabbab, “ Tunjukkan kepadaku di mana Muhammad.”

“ Beliau ada di sebuah rumah di Shafa,” jawab Khabbab.

Umar segera menuju ke tempat yang ditunjukkan Khabbab. Di sana, ia mengetuk pintu. Seorang shahabat berdiri dan mengintip dari balik pintu. Ia terkejut dan kembali dengan rasa cemas. “ Wahai Rasulullah, ada Umar di depan pintu. Ia datang membawa pedang.”

Para shahabat terdiam. Hamzah lalu berkata, “ Izinkan dia masuk, wahai Rasulullah. Jika ia datang dengan niat baik, kita sambut ia dengan baik. Kalau ia datang dengan niat buruk, aku yang akan membunuhnya dengan pedangnya sendiri.”

Kami merasa kuat setelah Rasulullah memutuskan, “Izinkan ia masuk.”

Pintu dibuka. Umar masuk dengan dikawal dua orang shahabat, kemudian duduk di hadapan Rasulullah saw. Tiba-tiba Rasulullah memegang kerah baju Umar dan menariknya ke arah beliau, kemudian beliau bersabda, “ Masuk Islamlah, hai Ibnul Khaththab. Ya Allah, tunjukilah dia.”

Umar pun berkata, “ Aku bersaksi bahwa tiada Illah selain Allah dan sesungguhnya engkau adalah Rasul Allah.”

Semua yang ada di dalam rumah itu bertakbir serempak, sehingga suara takbir itu terdengar orang-orang di Masjidil Haram. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-6 nubuwah. Saat itu, Umar berusia 26 tahun. Tiga hari setelah Hamzah masuk Islam.

Masuk Islamnya Hamzah dan Umar memberi kekuatan baru bagi perjuangan Rasulullah dan umat muslim. Suatu hari setelah Umar masuk Islam, ia bertanya kepada Rasulullah saw. “ Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di atas kebenaran, mati atau hidup?”

Beliau menjawab, “ Benar. Demi diriku yang ada di Tangan-Nya sesungguhnya kalian berada di atas kebenaran, hidup maupun mati.”

Umar bertanya, “ Lalu mengapa kita masih sembunyi-sembunyi? Demi yang mengutus engkau dengan kebenaran, lebih baik jika kita keluar.”

Maka Rasulullah mengeluarkan dua barisan. Barisan pertama dipimpin Hamzah dan barisan kedua dipimpin Umar. Kedua barisan bergerak menuju Masjidil Haram.

Sejak Umar masuk Islam, kaum muslimin berani menampakkan kegiatan ibadah sholat , duduk melingkar berdiskusi di baitul Haram, dan thawaf di sekeliling Ka’bah. Abdullah bin Mas’ud berkata,” Kami merasa kuat setelah Umar masuk Islam.”

 

 

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERBUAN PASUKAN GAJAH

Tanda-tanda Kenabian Muhammad SAW

PATI UNUS : Pejuang Pembebas Malaka