KOMIK DAN CERITA BERGAMBAR

ANAK YANG MEMELUK AL QUR'AN

Di sebuah TPA masjid pada sore hari, hiruk-pikuk suara anak-anak bersahut-sahutan. Mereka bersama-sama menghafal surat An Nasr. Sayup-sayup terdengar suara ustad yang membimbingnya. Di sanalah Aswan menghabiskan sore hari hingga menjelang maghrib. Dengan bimbingan sang ustad, Aswan sudah lancar membaca Al Quran. Juga belajar berceramah untuk disampaikan pada adik-adik di TPA itu.

Aswan sangat mengagumi sosok ustad itu. Ceramah beliau sangat menarik. Semua yang berada disana akan menyimak kata-kata pak Ustad. Beliau sangat ramah, kadang-kadang diselingi dengan canda. Anak-anak sangat senang dengan ceramah pak Ustad. Namun demikian ilmu beliau juga tinggi. Kesehariannya sopan dan nampak berwibawa. Aswan ingin seperti pak Ustad.

Aswan anak pertama dari tiga bersaudara. Ia tinggal bersama ibu dan kakek buyut yang kondisinya sudah sangat tua. Penglihatan kakek sudah kabur. Membutuhkan bimbingan orang lain jika harus ke sumur atau kamar mandi. Gerakan kaki dan tangannya tidak selincah waktu masih muda. Maklum usianya hampir mencapai 85 tahun. Aswan sering menemani sang buyut dengan membacakan ayat-ayat Al Quran. Bacaan merdu yang akan membuat sang buyut tertidur.

Ibunya wanita sederhana. Tidak pernah mengenyam pendidikan menengah pertama. Ia hanya buruh tani sayuran kentang di sawah. Aswan sering membantu ibunya di sawah. Aswan merasa kasihan dengan ibunya. karena selama ini beliaulah yang mencari nafkah dan mengurus keperluan keluarga.

Kedua adiknya masih kecil. Umur 6 tahun dan 4 tahun. Aswan selalu menjaga adik-adiknya di rumah. Tanpa disuruh ibunya, ia sadar menjadi anak sulung memliki tanggung jawab menjaga adiknya. Dua hari yang lalu adiknya yang kedua mengeluh sakit. Ibunya sedang bekerja di ladang. Dengan sisa uang yang ia miliki, Aswan membeli obat untuk adiknya. Kini adiknya sudah membaik. Aswan menghibur dengan membuatkan mainan mobil-mobilan yang didorong dengan kayu. Dibuat dari sisa botol air mineral, dikanan-kirinya dibuat roda dengan rangka kayu ditengahnya. Adik bungsunya sangat senang. Ia memainkan mobil-mobilan buatan kakaknya.

Ada sorot mata kesedihan di mata Aswan jika ditanya tentang ayahnya. Sudah dua tahun ayahnya pergi meninggalkan keluarga. Ayah pamit mau kerja di kota, namun tidak ada kabar apapun atau kiriman uang sejak ayah meninggalkan rumah mereka.  Terbersit dalam hati Aswan sebuah pertanyaan,         “ Ayah, kami salah apa sehingga Ayah pergi?”.

Di benak Aswan, dipupuk sebuah harapan tinggi “menjadi ustad”. Bagi anak-anak lain mungkin hanya cita-cita biasa. Namun bagi Aswan dengan kondisi keluarga yang kekurangan ini menjadi “mimpi besar”. Mimpi yang menjadikan Aswan bersemangat dalam hidup. Mimpi yang menjadi dorongan untuk maju.

Untunglah ia dikaruniai Tuhan kemudahan memahami ilmu dari guru. Ia tercatat sebagai siswa berprestasi. Ia selalu rangking satu. Kelebihannya tidak menjadikan dia sombong. Dengan senang hati ia membantu temannya yang kesusahan memahami pelajaran. Bahkan di rumah ia dipercaya beberapa orang tua untuk memberikan les tambahan untuk anaknya.

Di sekolah, ia termasuk siswa teladan. Tidak hanya berprestasi akademik, ia juga pandai berceramah. Bakat yang ditemukan oleh Pak Ustad dan dibimbing langsung oleh beliau. Walau demikian, Aswan sendiri memiliki keinginan kuat untuk melatih diri. Setiap berlatih ceramah di rumah, ia membayangkan sosok yang dikaguminya yaitu Pak Ustad. Kelak ia ingin seperti beliau. Pihak sekolah memilihnya untuk mewakili lomba ceramah tingkat Kecamatan. Selain untuk melatih diri, yang membuat Aswan tertarik ikut lomba adalah hadiah beasiswa. Ia sadar, cita-citanya untuk tetap menempuh pendidikan tinggi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Aswan tidak ingin ibunya kerepotan memenuhinya.

 Hadiah beasiswa sangat membantu Aswan meraih cita-citanya kelak.   

Hari penyelenggaraan lomba ceramah telah tiba. Suasana di panggung perlombaan sudah ramai peserta. Satu-demi satu peserta tampil mewakili sekolahnya. Diantara beberapa peserta hadir pula Aswan. Ia mewakili utusan MTS Hidayatullah tempat ia menimba ilmu. Saat tiba gilirannya untuk tampil, Ia berjalan ke atas panggung dengan percaya diri. Lalu memulai ceramahnya dengan mantap. Penonton seakan terkesima mendengarnya. Saat ia selesai, penonton bertepuk tangan diiringi suara riuh rendah, membuat ramai suasana.

Selanjutnya pembawa acara memimpin acara hingga selesai. Saatnya dewan juri berdiskusi di belakang panggung. Panggungpun diramaikan kembali oleh kesenian hadrah dari MTS Al Amin. Dan tibalah pembawa acara mengumumkan hasil penilaian dewan juri.

“Dan juara pertama lomba ceramah siswa MTS tingkat kecamatan Manggar adalah....

 Aswan dari MTS Hidayatullah”, kata pembawa acara.

Rasa bahagia terpancar dari wajah Pak Thalib guru yang menemani Aswan dalam lomba itu. Aswan pun terlihat tersenyum bahagia. Setelah disematkan piala dan diserahkan hadiah beasiswa di atas panggung oleh pejabat departemen agama, Aswan dan pemenang lomba kembali menemui guru masing-masing. Dalam perjalanan kembali ke sekolah, Pak Thalib bertanya pada Aswan,” apa cita-citamu nak?”

“ saya ingin jadi ustad,” jawab Aswan.

“ mengapa pilih ustad?” tanya Pak Thalib.

“ karena dunia ini sementara, sedangkan akhirat itu kekal,” jawab Aswan sambil memeluk Al Quran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERBUAN PASUKAN GAJAH

Tanda-tanda Kenabian Muhammad SAW

PATI UNUS : Pejuang Pembebas Malaka