KOMIK DAN CERITA BERGAMBAR

MUKENA BARU TIA


Pulang sekolah, Tia dikejutkan dengan kedatangan tante Rita. Tante Rita baru pulang dari arisan perkumpulan ibu-ibu RT.

 “Tante jangan buru-buru pulang ya, aku pengin main bareng tante !”

“ Iya Tia sayang…eh, tante tadi dapat doorprice. Buat Tia aja ya ?!” kata tante.

“Terima kasih tante,” jawab Tia.

Tia dengan tak sabar membuka bungkusan doorprice itu. Ternyata isinya adalah celengan bergambar wajah kera lucu. Warna coklat dan putih. Di pinggir ada gembok dan kuncinya.

Saat itu ibu Tia muncul sambil membawa teh poci dan kue-kue, lalu menghampiri Tia.

“ Nah, kamu belajar menabung ya.! Uang saku kamu jangan dihabiskan semua buat jajan. Ada yang kamu sisihkan,” ibu menjelaskan.

Ibu kemudian membawa sebuah kaleng minuman bekas yang di lubang atasnya. Tabungan uang sisa belanja ibu.

“ nih.. ibu kasih buat awal isi celengan kamu,” kata ibu.

“ Hore.. uangku banyak.. Trimakasih bu,” sahut Tia.

Keesokan harinya, Tia berangkat sekolah seperti biasa. “ Hari ini, aku mau masukkan koin seribu,” gumam Tia dalam hati.

Pelajaran sudah memasuki jam istirahat. Tia diberi uang jajan 4000 rupiah. Ia membeli roti bakar seharga 2000 rupiah dan es sirup 1000 rupiah. Uang saku Tia tinggal 1000 rupiah. Melewati kerumunan anak-anak yang mengelilingi penjual mainan, ia berhenti sejenak. Namun Tia bertekat hati untuk tidak beli mainan hari ini.

“ Aku mau tabung uang 1000 rupiahku,” kata Tia.

Pulang sekolah, Tia bersemangat untuk sampai di rumah. Setelah mengucap salam dan membuka pintu, ia langsung menuju celengan di meja belajarnya. Tangannya merogoh saku dan memasukkan uang 1000 rupiah dalam celengannya. Rasa puas, hari ini ia bisa menabung. Bersabar menahan keinginan membeli mainan.

Pagi-pagi, Tia diantar ke sekolah dengan semangat. Hari Rabu ada pelajaran olah raga. Setelah pelajaran agama, dua jam berikutnya adalah olah raga. Hari ini Pak Heru melatih senam baru. Tia bersemangat hingga Pak Heru segera menutup pelajaran dan berpesan agar anak-anak berganti pakaian dengan tertib dan istirahat.

 Sroot..sroot..sroot.. Tia menghabiskan es teh dalam gelas. Dan perutnya juga masih lapar. Energinya terkuras saat latihan senam bersama. Tia langsung membeli roti selai stoberi. “Nyam.. nyam.. nyam..  alhamdulillah kenyang...,” kata Tia pada Vira yang dari tadi duduk di sebelahnya.

Mereka berdua kembali ke kelas. Tia baru sadar. Ia sudah menghabiskan semua uang sakunya hari ini. Tidak ada sisa buat nabung. Padahal nanti ada jam istirahat kedua.

” Hari ini aku habiskan uang sakuku,” gumam Tia dengan rasa menyesal.

Sampai di rumah, Tia menceritakan kejadian di sekolah pada ayahnya.

“ Jadi, uang sakunya habis?” tanya Ayah.  

“ Iya, yah.. Kalau ada olah raga, uang saku ditambah ya ..?” mohon Tia.

“ Iya...” jawab ayah sambil tersenyum.

Hari-hari berikutnya, Tia berusaha disiplin. Menyisihkan uang 1000 rupiah tiap hari. Awalnya terasa berat. Selalu tergoda untuk membeli sesuatu yang diinginkan. Tapi ia selalu ingat dengan janjinya untuk menabung. Sekarang tidak terasa berat lagi. Apalagi semangat untuk menabung karena ingin memiliki mukena baru.

Setiap pulang sekolah, meletakkan tas di meja belajarnya. Tia memasukkan uang 1000 rupiah dalam celengan. Kemudian celengan gambar wajah kera itu diangkat dan digoyang-goyangkan. Crik..crik.. crik.. nyaring bunyinya.

“ Masih dikit..” gumam Tia.


Kebiasaannya itu di perhatikan ayahnya. Ayahnya terharu melihat kesabaran anaknya. Ia bisa saja membelikan mukena saat itu juga. Tapi keinginannya ia tangguhkan. Ini adalah proses belajar bagi anaknya melatih kesabaran dan menghargai uang. Akhirnya diam-diam ayahnya kadang ikut menambah uang koin receh ke celengan Tia.

Beberapa minggu kemudian.

 “ wow.. celenganku terasa berat” kata Tia mengangkat celengan sambil digoyang-goyangkan. Ia menghampiri ibunya.

“ Bu, boleh dibuka celengannya...?” pinta Tia

“ Sini ibu lihat, sudah penuh, ya..” kata ibu

“ sekarang boleh dibuka,” lanjutnya.

“ Horee... . dibuka... dibuka..” sahut Tia dengan gembira.

Ibu mengambil kunci untuk membuka celengan yang tersimpan di lemari. Rasanya sudah lama menanti saat seperti ini. Ketika dibuka. ‘Pyaarr...’ keluarlah uang-uang koin dalam jumlah banyak dari celengan itu. Mata Tia berbinar dan tersenyum lega. Buah dari kesabarannya.

“ Hitung dulu. Kamu bisa kan,” kata ibu.

Langsung saja Tia mulai menghitungnya. “ seribu.., dua ribu.., tiga ribu.., empat ribu...”. Tia terus menghitung. Dan berakhir 243 ribu..

“ Wah.. uangku banyaaak...!” seru Tia.

“ Bu, apa uangku sudah cukup beli mukena?” tanya Tia.

“ Cukup.. malah lebih. Minggu besok kita sama-sama ke toko Zahra,” ibu menjelaskan.

Di toko, Ibu dan Tia menuju tempat display perlengkapan sholat dan baju muslim.

 “ Ada mukena buat anak, mbak?” tanya ibu pada penjaga toko.

“ Ada bu, saya ambilkan,” kata penjaga toko.

Ada mukena warna putih dengan hiasan bordir, pink dengan hiasan bunga , biru muda dengan hiasan pola daun dan pita di pinggirnya.

“Waah…cantik-cantik semua mukenanya…,”batin Tia.

Tia membolak-balik melihat mukena-mukena itu. Namun ia belum juga menentukan pilihannya. Tia merasa masih ada yang kurang pada mukena-mukena ini, entah apa.

Penjaga toko seakan tahu apa yang diinginkan Tia. Ia lantas mengambil mukena yang terletak di loker paling atas. Sebuah mukena warna ungu muda yang dibungkus dengan plastik tebal warna cerah. Bungkusnya saja sudah menarik perhatian. Dan saat penjaga mengeluarkan mukena dari bungkusnya, terlihatlah mukena warna ungu muda dengan hiasan bunga keci-kecil. Di jahit halus dihias manik-manik indah, menyebar di semua bagian mukena.

Raut muka  Tia terlihat sangat senang. “Ya bu, aku mau yang ini !” kata Tia pada ibunya.

Ibu mengangguk sambil tersenyum. Setelah membayar di kasir, uang tabungan Tia masih ada sisa.

 “Mau dipakai buat apa sisa uang tabungan itu, Tia?”

“Mau kulanjutkan menabung lagi bu, kali ini buat beli sepeda. Biar aku bisa berangkat sekolah sendiri, ngga perlu diantar ayah atau ibu lagi..” jawab Tia.

Mendengar jawaban itu Ibu sejenak memandang ke ayah. Dua-duanya tersenyum. Kini Tia telah mengerti manfaat menabung dan bagaimana belajar bersabar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERBUAN PASUKAN GAJAH

Tanda-tanda Kenabian Muhammad SAW

PATI UNUS : Pejuang Pembebas Malaka