KOMIK DAN CERITA BERGAMBAR

PATI UNUS : Pejuang Pembebas Malaka


 

Kurang lebih 500 tahun yang lalu, Indonesia disebut Nusantara. Negeri yang subur, dianugerahi Tuhan YME hasil bumi yang sangat dikenal dunia, yaitu rempah-rempah. Di tanah ini lahir para pejuang. Pahlawan di Nusantara yang gugur membebaskan negeri dari penjajah bangsa Eropa.

Malaka tahun 1509, pintu gerbang lalu lintas perdagangan dunia, menjadi tujuan Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara.Sementara itu, di tanah Jawa tepatnya di Jepara. Sejarah telah tertulis, seorang pejuang pembebas tanah Malaka yang dikenal dengan nama Pati Unus.

Masa kecil Pati Unus

Dua puluh tahun sebelum kedatangan Portugis, tepatnya tahun 1488 lahir seorang bayi laki-laki dan diberi nama Abdul Qodir. Ia putra dari R. Muhammad Yunus dan ibu putri dari Majapahit. Tahun demi tahun berganti, Abdul Qodir tumbuh sebagai anak kecil yang cerdas, ia sedang membaca Al Quran dibimbing guru yang juga seorang ulama. Dari guru itulah ia belajar ilmu pengetahuan agama maupun pemerintahan. “Berlaku adillah! Karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.” Begitulah pesan guru kepadanya.

Abdul Qodir juga mahir berlatih senjata, beladiri dan ilmu keprajuritan. Saat menjelang dewasa ia dikenal sebagai pemuda pemberani. Setelah menikah dengan putri Raden Patah, Sultan Demak, Abdul Qodir diangkat menjadi Adipati Jepara menggantikan ayahnya. Sejak saat itu namanya diubah menjadi Adipati bin Yunus, orang-orang sering menyebutnya Pati Unus.

Tiga tahun Portugis menguasai Malaka, kapal-kapal dagang dari kerajaan-kerajaan di Jawa, Makasar, Kalimantan sering dipungut pajak. Portugis membuat peraturan monopoli perdagangan rempah-rempah. Sultan Malaka pun sampai mengungsi di kepulauan Riau. Kedatangan Portugis mengusik kedamaian yang sudah dijalin Sultan Malaka dengan raja-raja dan sultan-sultan di wilayah Nusantara. Keadaan inilah yang mendorong raja-raja dan Sultan di Jawa melawan Portugis. Tujuannya mengusir Portugis dan mengembalikan Malaka seperti semula.

Tahun 1511, Raden Patah Sultan Demak mengutus Pati Unus menyiapkan keperluan pengusiran penjajah Portugis dari Malaka. Pati Unus menikah dengan Ratu Ayu, putri Sunan Gunung Jati. Seorang wali penyebar agama Islam yang juga Sultan Cirebon. Dari pernikahan ini Pati Unus menggabungkan kekuatan Kesultanan Demak, Cirebon dan Banten untuk mengusir Portugis.

Perjuangan Pertama

Tahun 1513 di Pelabuhan Demak. Sunan Gunung Jati memberkati dengan doa dan memberi gelar Pati Unus sebagai Senapati Sarjawala. Dihadapan 5000 pasukan, Pati Unus mengobarkan semangat berjuang.

“Wahai saudaraku.. Diseberang sana.. Saudara kita memanggil! Umat Islam bagaikan satu tubuh. Jika salah satu bagian sakit, bagian lain akan merasakannya. Saudaraku.. Saatnya! Kita bebaskan Malaka dari Penjajah Portugis! Allah SWT bersama kita. Allahu Akbar!.. Allahu Akbar!...”

Kapal Pati Unus memimpin di baris depan bersama 99 kapal lainnya. Kapal dari kayu dengan tiang-tiang layar yang mendorong laju kapal dengan angin. Berhari-hari mereka berlayar tanpa henti. Hingga pelabuhan Malaka terlihat samar-samar. Namun kapal-kapal Portugis sudah siap untuk menghadang mereka.

Seluruh pasukan Pati Unus siap dengan senjata. 100 kapal siaga di posisi yang sudah ditentukan. Pati Unus mengacungkan Pedang dengan pekik takbir. Bendera dinaikkan dari tiang kapal Pati Unus, tanda kapal-kapal pasukannya bergerak maju. Ketika jarak semakin mendekati kapal-kapal Portugis, Tiba-tiba.. bola besi meriam menghantam salah satu kapal pasukan Pati Unus. Kapal kayu itu oleng dan perlahan tenggelam.


Banyak pasukan gugur, beberapa yang selamat berenang menuju kapal yang selamat. Bertubi-tubi meriam terus ditembakkan. Pati Unus terus mengobarkan semangat, walau satu-persatu kapal-kapal pasukannya tenggelam. Menyadari akan kekalahannya, Pati Unus dan pasukannya mencoba mundur. Hanya 8 kapal yang berhasil selamat kembali ke Jawa.

Bangkit dan Berjuang Hingga Akhir

Kesedihan tergambar dari wajah mereka. Namun tidak lama, mereka kembali beraktivitas seperti biasa dengan berserah diri pada Allah SWT. Pati Unus mengambil langkah untuk memesan kapal-kapal perang yang kuat dilengkapi senjata untuk melawan meriam Portugis. 375 kapal akan dibuat di Kerajaan Goa Makasar tempat ahli pembuat kapal.

Lima tahun berlalu, Raden Patah Sultan Demak mangkat. Pati Unus dinobatkan untuk menggantikan sebagai Sultan Demak. Pati Unus kembali mempersiapkan perjuangannya menghadapi Portugis. Ia meluaskan kerjasama dengan kerajaan-kerajaan di luar Jawa. Samudra Pasai yang sudah dikuasai Portugis diajak untuk bergabung dengan Pati Unus. Kerajaan Goa di Makasar dan beberapa kerajaan di Kalimantan juga ikut membantu perjuangan Pati Unus.

Setelah 10 tahun 375 kapal selesai dibuat, tahun 1521 Pati Unus kembali memimpin perjuangan melawan Portugis. Di bangsal keraton, Pati Unus, Sunan Gunung Jati dan beberapa utusan kerajaan pendukung sedang mematangkan rencana perjuangan kali ini. Kapal dirancang tahan dari hantaman meriam. Dilengkapi senjata pelontar bola-bola api diharapkan bisa membalas meriam dari Portugis. Dihadapan para pasukannya, kembali Pati Unus mengobarkan semangat berjuang.

“Saudaraku.. kekalahan kemarin pelajaran berharga. Tapi itu tidak akan melemahkan kita selama kita berjuang dijalan yang benar. Kita usir penjajah Portugis! Kita perangi kedhaliman! Ketidakadilan! walau dengan harta bahkan nyawa taruhannya! Allahu akbar... Allahu Akbar...”

375 kapal perang Pati Unus berlayar menuju Malaka. Rombongan itu berhenti di pelabuhan Palembang. Pati Unus mendapat bantuan pasukan dari Samudra Pasai yang dipimpin Fadlulah Khan. Kemudian melanjutkan menuju Malaka yang semakin dekat.

Bagai serangan burung elang, kapal Pati Unus sebagai kepala yang mendekat ke arah kapal-kapal Portugis. Sedangkan beberapa kapal bergerak menyebar dari samping-samping bagai sayapnya.

Posisi ini dimaksudkan agar kapal-kapal yang jauh dari jangkauan meriam-meriam Portugis  akan segera bergerak menuju pantai untuk mendaratkan pasukan. Portugis menyambut dengan meriam yang dihantamkan ke kapal musuh.

Portugis dikejutkan serangan balasan bola-bola api dari kapal- kapal pasukan Pati Unus. Sementara dari arah sayap, kapal-kapal pasukan Pati Unus semakin mendekat ke darat.

Dengan semangat, Pati Unus terus mengobarkan semangat juang pasukannya. Berkali-kali meriam hampir mengenai kapal Pati Unus. Namun Pati Unus tidak kenal rasa takut, kapal itu terus bergerak maju dan memimpin kapal-kapal yang lain.

Dan pada saat yang ditentukan Allah SWT, akhirnya kapal Pati Unus terkena meriam. Pati Unus dan beberapa pasukannya pun gugur sebagai prajurit yang gagah berani. Fadlullah Khan menggantikan Pati Unus, memimpin pertempuran melawan Portugis yang berlangsung beberapa hari.

Walaupun Malaka belum berhasil direbut kembali, namun perjuangan ini menunjukkan kepada Portugis bahwa di tanah Nusantara ini ada pejuang-pejuang  yang gigih mempertahankan kemerdekaannya.

Dirangkum dari berbagai sumber


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERBUAN PASUKAN GAJAH

Tanda-tanda Kenabian Muhammad SAW