KOMIK DAN CERITA BERGAMBAR

Shahabat Rasulullah, Abu Musa Al-Asy'ari ra., Pimpinan Para Pejuang

 

Lagu Merdu Bacaan Al Qur'an

 

Di antara orang-orang mukmin ada sekelompok orang yang membenarkan ajaran Allah SWT dalam setiap perkataan, perbuatan, dan hatinya. Hati mereka telah menyerahkan semua urusan agama dan dunia kepada Allah SWT.

Mereka menjadikan dunia sebagai ladang amal untuk kebahagiaan mereka kelak di akhirat. Juga, menjadikan kelezatan berdzikir kepada Allah SWT selama dalam kehidupan ibarat surga. Oleh sebab itu, Allah SWT akan memberikan balasan atas perbuatan mereka baik di dunia maupun di akhirat.

Di antara orang-orang yang mempunyai kepribadian seperti itu adalah Abu Musa al-Asy'ari. Namanya sebenarnya adalah Abdullah bin Qais bin Salim bin Hadhar. Sedangkan ibunya bernama Thayyibah binti Wahab, telah memeluk agama lslam dan meninggal dunia di Madinah.

Abu Musa al-Asy'ari merupakan seorang yang senantiasa berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya, sampai dia menghadap Aliah SWT.

Rasulullah saw. sangat mencintainya, serta memberinya kabar gembira, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat, sebagaimana dijelaskan dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim.

Abu Musa r.a. datang dari Yaman menuju Mekah untuk memeluk agama Islam. Kemudian dengan petunjuk Rasuiullah saw., dia kembali lagi ke Yaman untuk menyebarkan agama Allah di kalangan kaumnya. Dia dibantu oleh Mu'adz bin Jabal untuk memberikan pelajaran dan petunjuk kepada penduduk Yaman. Setelah itu, Abu Musa pergi dengan sepuluh orang dari kaumnya yang telah memeluk agama Islam dengan mengendarai kapal laut. Ternyata, tiba-tiba mereka ditimpa oleh angin yang sangat kencang sehingga mereka sampai ke daerah Habasyah. Setelah dari Habasyah, mereka bertolak ke Madinah bersama Ja'far bin Abi Thalib di hari umat Islam mendulang kemenangan dalam Perang Khaibar. Oleh sebab itu, Abu Musa al-Asy'ari dikatakan sebagai Dzul Hijraat ats-Tsalaats." (orang yang memiliki tiga hijrah).

Rasulullah saw. gembira dengan para sahabat yang telah melakukan hijrah tersebut serta memuji mereka. Beliau juga memberi mereka bagian dari ghanimah (harta rampasan perang) yang diperoleh dari Perang Khaibar. Beliau tidak memberi bagian seorang pun yang tidak mengikuti perang selain mereka.

Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Rasulullah saw. memberikan tugas kepada Abu Musa r.a. di daerah Zubaid, Adn, dan pesisir Yaman. Setelah itu, Umar ibnul Khaththab r.a. memberinya tugas di kota Basrah. Sedangkan Utsman r.a. memberinya tugas di kota Kufah.

Abu Musa r.a. adalah orang yang mempunyai niat baik dalam setiap amal perbuatannya, serta berhati bersih. Dia juga banyak beribadah, shalat tahajud, puasa, dan shalat malam. Dia pernah berpuasa di hari yang sangat panas. Bahkan, waktu itu adalah bulan yang paling panas di antara 11 bulan lainnya. Dia melakukan itu untuk melatih dirinya agar bersabar dan kuat. Sekalipun demikian, dia tidak pernah absen untuk berjihad di jalan Allah SWT. Hingga, ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda,

 


 

"Pimpinan para pejuang adalah Abu Musa al-Asyari."

Suatu hari Abu Musa al-Asy'ari pergi berjihad dengan pamannya yang bernama Abu Amir al-Asy'ari dengan satu batalion pasukan menuju ke Authas (lembah di daerah Bani Hawaziin) untuk memerangi musuh-musuh agama Islam. Saat itu pamannya, komandan pasukan ini, terkena panah yang mengakibatkannya meninggal dunia. Setelah itu, tampuk kepemimpinan pasukan ini dipegang oleh Abu Musa. Sebelum pamannya menghembuskan napas terakhir, dia sempat berbicara kepada Abu Musa, "Pergilah kau kepada Rasulullah saw. dan sampaikan salamku kepada beliau, serta katakan kepada beliau agar beliau memintakan ampun kepada Allah untuk Abu Amir”

Setelah itu, Abu Musa al-Asy'ari kembali kepada Rasulullah saw. dan memberi kabar apa yang telah terjadi. Kemudian Abu Musa menyebutkan permintaan pamannya kepada beliau untuk mendoakannya. Lantas, Rasulullah saw. lekas beranjak dari tempat-sebagaimana diceritakan dalam buku-buku sejarah-untuk berwudhu. Kemudian beliau mengangkat kedua tangan seraya berdoa,


 

 

"Ya Allah, ampunilah hamba-Mu Abu Amir. Ya Allah, jadikanlah dia di hari Kiamat lebih unggul dari sebagian besar hamba-hamba-Mu."

Kemudian Abu Musa tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia berkata, "Wahai Rasulullah, mintakanlah ampunan kepada Allah untukku!"

Rasulullah saw. mengabulkan permintaan Abu Musa,lantas beliau berdoa,


 

  Ya Allah, berilah ampunan kepada Abdullah bin Qais dan masukkanlah dia di tempat masuk yang mulia di hari Kiamat." (HR Bukhari Muslim)

Abu Musa al-Asy’ari juga merupakan pengajar Al-Qur’an. Selama di Yaman, Basrah, dan kota-kota Islam lainnya, dia senantiasa duduk di hadapan orang-orang seraya berkata, "Mari belajar Al-Qur’an!" Kemudian dia membacakan Al-Qur'an dan mengajari mereka tata cara membacanya, serta menjelaskan maknanya kepada mereka sebatas pemahamannya. Dia juga pernah berkata, "Sesungguhnya Amirul Mukminin Umar ibnul Khaththab mengutusku kepada kalian untuk mengajarkan kitab Tuhan kalian (Al-Qur'an) dan sunnah Nabi kalian saw., serta menyuruhku untuk meluruskan jalan hidup kalian!”

Sungguh ini merupakan akhlak yang sangat mulia dan sempurna. Dalam sebuah pepatah Arab dikatakan bahwa pemimpin suatu kaum adalah orang yang berkhidmat kepada mereka. Hal yang serupa juga pernah dikatakan oleh seorang penyair. Dia berkata,

Bersikaplah rendah hati

niscaya kau akan menjadi laksana bintang

Seakan ia ada di permukaan air

padahal ia berada jauh tinggi

Janganlah kau menjadi seperti asap yang membumbung tinggi

Di atas awan, padahal ia merupakan hal yang sangat tidak berharga

 

Abu Musa r.a. senantiasa mengumpulkan orang-orang yang pandai membaca Al-Qur’an di setiap negeri yang dia kunjungi. Dia juga mengingatkan mereka agar senantiasa berdzikir kepada Allah dan menganjurkan mereka agar senantiasa membaca, merenungkan, dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an. Demikian juga, dia selalu mewanti-wanti mereka supaya tidak mengabaikan isi kandung Al-Qur’an setelah membacanya, agar ia tidak menjadi hujjah untuk menyiksa mereka kelak di hari Kiamat.

Dia pernah berkata kepada mereka, "Kalian adalah orang-orang yang paling pandai membaca Al-Qur'an di negeri ini. Waktu yang kalian miliki tidak terlalu panjang hingga dapat menyebabkan hati kalian keras seperti hati orang-orang Ahli Kitab.”

Dia juga pernah berkata, "Sesungguhnya Al-Qur’an ini bisa membuat kalian mendapat pahala juga bisa membuat kalian mendapatkan dosa. Jadikanlah Al-Qur'an sebagai pedoman hidup kalian, dan jangan sekali-kali kalian meninggalkannya. Barangsiapa menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, niscaya Al-Qur'an akan mengantarkannya ke taman surga. Sedangkan barangsiapa meninggalkan Al-Qur'an, niscaya Al-Qur'an akan melemparnya ke jurang neraka."

Abu Musa r.a. telah dikaruniai suara yang amat bagus dan merdu. Jika dia membaca Al-Qur'an, maka seluruh orang yang mendengarnya akan tercengang kagum. Oleh sebab itu, Rasulullah saw. bersabda,

 

 


"Sungguh kau telah diberi karunia suara merdu dari suara keturunan Dawud." (HR Ahmad, Bukhari, dan lainnya)

 

Pada suatu malam Rasulullah saw. mendengar Abu Musa sedang membaca Al-Qur'an. Ketika pagi menjelang, beliau saw. bersabda :



 

 

 “Wahai Abu Musa, tadi malam aku bersama Aisyah melewati rumahmu ketika kau sedang membaca Al-Qur'an. Lantas kami berdiri untuk mendengarkan bacaanmu dengan saksama." Lantas Abu Musa berkata, "Wahai Nabi Allah, sungguh jika aku mengetahui keberadaanmu, maka pasti aku akan memperbagus lagi bacaanku.”

Umar ibnul Khaththab r.a. sangat senang mendengarkan bacaan Al-Qur'an dari Abu Musa al-Asy’ari. Oleh sebab itu, Umar pernah berkata kepadanya, "Wahai Abu Musa, ingatkanlah kami kepada Allah SWT dengan bacaanmu!" Lantas, Abu Musa membaca Al-Qur’an, sedangkan Umar dan orang-orang di sekitarnya duduk mendengarkan bacaannya dengan suasana tenang dan khusyuk."

Disamping Abu Musa seorang mujahid, mempunyai suara bagus dan bacaan Al-Qur'annya tepat tajwidnya, dia juga salah satu dari empat sahabat yang sangat terkenal dalam masalah hukum dan fatwa. Keempat sahabat tersebut adalah Umar ibnul Khaththab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, dan dia sendiri. Semoga Allah meridhai mereka semua. Selain itu, dia juga banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw. hingga mencapai 360 hadits.

Abu Musa r.a. juga merupakan orang yang sangat pemalu kepada Tuhannya. Dia pernah berkata, "Sekalipun aku mandi di dalam rumah yang gelap, pastilah aku tidak akan berdiri sebelum aku mengambil bajuku lantaran malu kepada Tuhanku SWT.” Gambaran sikap malu seperti ini merupakan gambaran paling tinggi yang dapat dicerna oleh manusia terhadap orang-orang yang beriman.

Umur Abu Musa mencapai 63 tahun. Menurut pendapat para ahli sejarah yang paling kuat, dia meninggal dunia pada tahun 52 Hijriah di Mekah.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhainya.

 

(Sumber : 66 Orang Yang Dicintai Rasul ; Prof. Dr. Muhammad Bakar Ismail)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERBUAN PASUKAN GAJAH

Tanda-tanda Kenabian Muhammad SAW

PATI UNUS : Pejuang Pembebas Malaka