KOMIK DAN CERITA BERGAMBAR
Shahabat Rasulullah Mu’adz bin Jabal (Bagian Kedua)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Keutamaan
Mu’adz bin Jabal r.a di hari Kiamat
“Bila saya mengangkat Mu’adz sebagai pengganti,
lalu ditanya Allah kenapa saya mengangkatnya. Maka akan saya jawab: Saya dengar
Nabi-Mu bersabda, “ Mu’adz bin Jabal adalah pemimpin golongan ulama di hari
qiamat.”
‘Hai Mu’adz! Demi Allah saya sungguh sayang
kepadamu. Maka jangan lupa setiap habis shalat mengucapkan: Ya Allah, bantulah
aku untuk selalu ingat dan syukur serta beribadah dengan ikhlas kepada-Mu.”
Ya Allah bantulah aku. Makna kalimat singkat namun
dalam ini adalah bahwa tidak ada daya maupun upaya, dan tidak ada pertolongan
kecuali dengan pertolongan dan daya dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Besar.
Marilah kita cermati pengajaran lain dari
Rasulullah saw kepada Mu’adz r.a. Pada suatu hari Rasulullah saw bertemu dengan
Mu’adz r.a, Rasul bertanya :
Di pagi hari ini aku benar-benar telah beriman, ya
Rasulullah, kata Mu’adz.
Setiap kebenaran ada hakikatnya, kata Nabi, maka
apa hakikat keimananmu?
Kata Mu’adz: Setiap berada di pagi hari, aku
menyangka tidak akan menemui lagi waktu sore. Dan setiap berada di waktu sore,
aku menyangka tidak akan mencapai waktu pagi lagi. Dan tidak satu langkah pun,
kecuali aku menyangka akan diiringi langkah lainnya. Seakan-akan setiap umat
bersaksi sambil berlutut, dipanggil buku catatannya. Seakan-akan kusaksikan
penduduk surga menikmati kesenangan surga. Sedang penduduk neraka menderita
siksa neraka. Maka sabda Rasulullah saw: Memang, kamu mengetahuinya, maka
pegang teguhlah jangan dilepaskan.
Benar, memang Mu’adz bin Jabal r.a telah menyerahkan seluruh jiwa raga dan nasibnya kepada Allah. Tidak suatu pun yang tampak olehnya hanyalah Dia.
Pesan Mu’adz r.a Tentang Ilmu, Amal dan Dzikir
Mu’adz r.a berpesan kepada manusia untuk
senantiasa mencari ilmu yang bermanfaat. Beliau berkata, “ Waspadalah akan
tergelincirnya orang berilmu! Dan kenalilah kebenaran itu dengan kebenaran
juga, karena kebenaran itu mempunyai cahaya.”
Menurut Mu’adz r.a, beribadah hendaklah dilakukan dengan cermat dan jangan berlebihan. Suatu hari seorang Muslim minta diajarkan suatu ilmu.
“ Apakah anda sedia mematuhinya bila saya ajarkan?
Tanya Mu’adz r.a
“ Sungguh, saya akan mentaati anda,” kata orang
itu.
Maka Mu’adz r.a berkata :
“ Puasa dan berbukalah!
Lakukanlah shalat dan tidurlah!
Berusahalah mencari nafkah dan janganlah berbuat
dosa.
Dan janganlah kamu mati kecuali dalam beragama
Islam.
Serta jauhi doa orang yang teraniaya!”
Mu’adz r.a berkata, “Ilmu ialah mengenal dan beramal. Pelajarilah
segala ilmu yang kalian sukai, tapi Allah tidak memberi manfaat dengan ilmu itu
sebelum mengamalkan lebih dulu.”
Bagi Mu’adz bin Jabal r.a, iman dan dzikir kepada
Allah adalah selalu siap siaga demi kebesaran-Nya. Dzikir sebagai pengawasan
yang tak putus-putus terhadap kegiatan jiwa. Hal ini karena tenggelamnya dalam
mengingat-ingat Allah dan kesibukan mengoreksi kesalahan diri.
Saat ajal mendekat Mu’adz bin Jabal r.a bermunajat kepada Allah Yang Maha Pengasih, katanya :
“Ya Allah, sesungguhnya selama ini aku takut
kepada-Mu, tetapi hari ini aku mengharapkan-Mu.
Ya Allah, Engkau mengatahui bahwa aku tidaklah
mencintai dunia untuk mengalirkan air sungai atau mananam kayu-kayuan, tetapi
hanya untuk menghela haus saat panas, dan menghadapi saat-saat yang gawat,
serta untuk menambah ilmu pengetahuan, keimanan dan ketaatan.”
“ Selamat datang wahai maut.
Kekasih tiba di saat diperlukan.”
Dan nyawa Mu’adz bin Jabal pun melayang menghadap Allah SWT.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar