KOMIK DAN CERITA BERGAMBAR

Dakwah Pertama Rasulullah Secara Terbuka (Bagian Kedua)

 

Dakwah Rasulullah ditentang Abu Lahab


Allah SWT mengingatkan kepada Rasulullah saw dan kaum muslimin akan konsekuensi dakwah secara terbuka. Mereka pasti akan menghadapi tantangan, gangguan, siksaan, bahkan ancaman pembunuhan. Allah berjanji akan menjaga Rasulullah dari gangguan kaum musyrikin. Allah SWT berfirman, yang artinya:

“Sesungguhnya Kami memelihara engkau (Muhammad) dari (kejahatan) orang yang memperolok-olokkan(engkau), (yaitu) orang yang menganggap adanya tuhan selain Allah, mereka kelak akan mengetahui (akibatnya). Dan sungguh, Kami mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah engkau di antara orang yang bersujud, dan sembahlah Tuhanmu sampai  datang kepadamu ajalmu.( Al Hijr: 95-99)

Upaya pemuka kaum Quraisy membendung dakwah Rasulullah saw diawali dengan cara halus yaitu meminta Abu Thalib, paman Rasulullah untuk membujuk Nabi menghentikan dakwahnya. Secara halus Abu Thalib menolak permintaan mereka dan memberi isyarat bahwa Abu Thalib tetap melindungi Rasulullah saw.

Secara bersamaan, perintah berdakwah secara terbuka berdekatan dengan kedatangan musim haji. Tentu para kabilah dari seluruh jazirah Arab akan datang ke Mekah. Para pemuka kaum Quraisy bersepakat melarang orang-orang yang menunaikan haji untuk mendengarkan dakwah Rasulullah. Di rumah Al Walid bin Al Mughirah mereka berkumpul menetapkan bahwa menyebut Rasulullah sebagai penyihir. Tentang apa yang dilakukan Al Walid, Allah SWT menurunkan surat yang artinya:

“ Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan. Maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? Kemudian celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermuka masam dan merengut. Kemudian dia berpaling dan menyombongkan diri. Lalu dia berkata: “ (Al Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (orang-orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.” (Al Muddatstsir: 18-25)

Sehingga ketika musim haji tiba, mereka sepakat mengatakan ke semua yang datang bahwa Muhammad seorang penyihir. Abu Lahab selalu menguntit kemanapun Rasulullah saw datangi di pasar Ukazh, Majannah, dan Dzil Majaz. Setelah Rasulullah saw selesai memberikan dakwah, Abu Lahab kemudian menyanggah dan berkata,, “ Jangan kalian mematuhinya, karena dia orang yang keluar dari agama dan seorang pendusta.”

Akibatnya, setelah musim haji usai. Orang-orang Arab pulang ke tempat masing-masing dengan mengingat nama Muhammad dengan agama barunya. Nama beliau pun tersebar di seluruh penjuru Arab.

Gangguan-gangguan terhadap Rasulullah saw

Orang yang keras menentang dakwah Rasulullah saw adalah Abu Lahab. Sikap Abu Lahab sudah ditunjukkan sejak awal di pertemuan Bani Hasyim dan apa yang Rasulullah sampaikan di bukit Shafa. Sebelum diangkat sebagai Rasul, Abu Lahab sudah menikahkan kedua anaknya, Utbah dan Utaibah dengan kedua putri beliau, Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Abu Lahab menyuruh kedua anaknya untuk menceraikan istrinya masing-masing. Dan ketika putra Rasulullah, Abdullah meninggal dunia, Abu Lahab merasa senang sekali. Karena setiap kali Rasulullah menyampaikan dakwah kepada setiap orang, Abu Lahab mengatakan, “ Jangan dengarkan kata orang yang terputus.” Kaum musyrikin senang karena Rasulullah tidak memiliki keturunan laki-laki yang akan meneruskan dakwahnya.

Istri Abu Lahab, Ummu Jamil binti Harb bin Umayyah tidak kalah sengitnya memerangi Rasulullah saw. Rumahnya yang bersebelahan dengan rumah Rasulullah sering menebarkan duri dan kotoran di sepanjang jalan yang dilewati Rasulullah. Dia wanita sok berkuasa, panjang lidah, mengobarkan api fitnah untuk melawan Rasulullah. Oleh karena itu, Al Qur’an mensifatinya sebagai pembawa kayu bakar.

Ketika ia mendengar surah Al Qur’an turun melaknat dirinya dan suaminya, ia menjadi sangat murka. Dia menuju Masjidil Haram dengan kedua tangan membawa batu. Ia berkeliling mencari Rasulullah saw.

Waktu itu Abu Bakar sedang duduk bersama Rasulullah. Ummu Jamil berkata,” Wahai Abu Bakar, mana sahabatmu? Kudengar ia berani menghinaku. Demi Tuhan, seandainya kutemukan ia, akan kupukul mulutnya dengan batu-batu ini. Engkau tahu, aku juga seorang penyair.”

Kemudian ia bersyair, “Kami lawan orang yang tercela ini. Kami tolak ajarannya. Dan kami benci agamanya.”

Setelah itu ia pergi. Abu Bakar bertanya dengan heran, “ Wahai Rasulullah, tidakkah ia melihatmu?”

“Ia tidak melihatku,” jawab Rasulullah, “ Allah mencegahnya melihatku.”

***

Abu Jahal, tak kalah sengit melakukan perlawanan kepada Rasulullah saw. Abu Jahal selalu menghalangi Rasulullah sejak pertama kali beliau shalat di Masjidil Haram.

“ Bukankah aku melarangmu melakukannya di sini?” kata Abu Jahal.

Rasulullah saw menghampiri dan memperingatkan Abu Jahal. Dengan ponggah Abu Jahal menjawab, “ Muhammad mengancamku? Tidakkah dia tahu bahwa tidak ada seorangpun yang memiliki lebih banyak pengikut dibandingkan aku?”

Lalu Allah SWT menjawab kesombongan Abu Jahal. Firman Allah SWT, yang artinya:

“ Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang? Seorang hamba ketika dia melaksanakan shalat, bagaimana pendapatmu jika dia (yang dilarang itu) berada di atas kebenaran (petunjuk), atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? Bagaimana pendapatmu jika dia (yang melarang) itu mendustakan dan berpaling? Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat (segala perbuatannya)? Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya (ke dalam neraka), (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka. Maka biarlah dia memanggil golongannya, kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah. Sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya, dan sujudlah serta dekatkanlah (dirimu kepada Allah). (Al- ‘Alaq: 9-19)

Al Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra, bahwa suatu kali Nabi saw shalat di dekat Ka’bah. Abu Jahal dan teman-temannya sedang duduk-duduk. Seseorang berkata, “ Siapa diantara kalian yang berani mengambil kotoran onta yang disembelih Bani Fulan, dan meletakkannya di punggung Muhammad selagi sedang shalat?”. Maka Uqbah bin Abu Mu’ith melaksanakannya. Tatkala beliau sedang sujud kepada Allah, maka dia meletakkan kotoran itu diantara pundak beliau. Aku hanya bisa mengawasi dan tidak mampu berbuat apa-apa. Andaikan aku bisa mencegahnya. Mereka tertawa terbahak-bahak, sehingga badan mereka terguncang-guncang mengenai teman di sampingnya. Saat itu Rasulullah saw yang sedang sujud, tetap dalam keadaan sujud dan tidak mengangkat kepala. Hingga Fathimah datang menghampiri beliau, lalu membuang kotoran itu dari punggung beliau. Baru setelah itu beliau mengangkat kepala. Kemudian beliau berdoa, “ Ya Allah, hukumlah orang-orang Quraisy ini! Beliau mengucapkan tiga kali, sehingga membuat hati mereka tersentak.

Abdulah bin Mas’ud berkata lagi,” Sementara mereka tahu bahwa doa di tempat beliau itu pasti mustajab. Kemudian beliau menyebut nama-nama mereka, “ Ya Allah, hukumlah Abu Jahal, hukumlah Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Al Walid bin Utbah, Umayyah bin Khalaf, Uqbah bin Abu Mu’ith.” Demi diriku di tangan-Nya, aku telah melihat sendiri orang-orang yang disebutkan Rasulullah saw menjadi korban di sumur saat Perang Badr.”

Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata, “Abu Jahal bertanya, “ Apakah Muhammad berani menutup mukanya (sujud) di depan kalian?”

“Benar,” ada seseorang menjawab.

“Demi Lata dan Uzza andaikata aku melihatnya, tentu kuinjak tengkuknya dan kulumuri mukanya dengan debu,” kata Abu Jahal. Lalu dia menemui Rasulullah saw yang sedang shalat. Dia bermaksud akan menginjak tengkuk beliau. Namun ketika orang-orang ikut maju, dia justru mundur ke belakang beberapa langkah dan meremas-remas tangannya.

“ Ada apa dengan dirimu wahai Abu Hakam(Abu Jahal)?” mereka bertanya.

“Antara dia dan diriku seperti ada parit dari api dan mereka itu seperti sayapnya,” jawabnya.

Lalu beliau bersabda, “ Andaikan dia mendekatiku, tentu para malaikat akan menyambarnya sepotong demi sepotong.”

 

Gangguan terhadap Umat Muslim

Gangguan dan siksaan tidak hanya dialami Rasulullah saw. Setiap kabilah akan menyiksa anggotanya yang telah memeluk Islam. Orang-orang Muslim yang lemah dari kalangan budak sangat merasakan tekanan dari pemuka kaum Quraisy. Bilal yang saat itu menjadi budak Umayyah bin Khalaf mendapat siksaan berat. Dibawah terik sinar matahari, dia ditelentangkan di atas padang pasir dan sebuah batu besar diletakkan di atas dadanya. Umayyah menyuruh Bilal agar kembali pada agama nenek moyang. Bilal tetap menjaga keimanannya. Di tengah siksaan itu dia hanya mampu berkata, “ Ahad, Ahad ...”. Abu Bakar ra yang mendengar berita itu membebaskan Bilal dengan membayar tebusan pada Umayyah.

Ammar bin Yasir yang saat itu menjadi budak Bani Makhzum juga mengalami siksaan berat. Ammar, ayah dan ibunya (Sumayyah) masuk Islam. Yasir meninggal karena penyiksaan tersebut. Sumayyah, ibunda Ammar juga syahid dalam siksaan Abu Jahal. Tubuh Ammar dibenamkan di pasir panas, dan dadanya diletakkan batu besar. Ammar dipaksa untuk kembali kafir. Dengan terpaksa Ammar memenuhi permintaan mereka hingga dilepaskan. Setelah itu dia menemui Nabi saw sambil menangis dan meminta ampun. Lalu turun ayat tentang dirinya, yang artinya:

“ Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap beriman (dia tidak berdosa).” (An Nahl:103)

 Shahabat Nabi dari kalangan hamba sahaya banyak mendapat siksaan serupa dengan Bilal dan Ammar, diantaranya Abu Fakihah budak Bani Abdi Dar, Khabbab bin Al Aratt milik Ummu Ammar, Zinnirah, Nahdiyah, dan kedua putrinya, ummu Ubais.

Dari waktu ke waktu hingga pertengahan tahun kelima kenabian, umat Islam mengalami siksaan yang sangat berat. Mekah terasa sempit bagi umat muslim. Dengan turunnya surat Az Zumar ayat 10 yang mengisyaratkan untuk hijrah ke daerah yang lebih aman. Rasulullah saw memilih Habasyah sebagai tempat hijrah yang pertama kali. Raja Ashhamah An Najasyi adalah seorang yang adil, kaum muslimin tidak akan teraniaya dibawah lindungannya. Hijrah pertama kali terjadi di bulan Rajab. Utsman bin Affan dan putri Rasulullah saw, Ruqayyah ikut serta dalam rombongan hijrah ke Habasyah.

Demikianlah dakwah awal Rasulullah SAW yang sangat berat dan penuh cobaan. Semoga dapat menjadi hikmah dan besok kita semua orang muslim mendapat syafa’at beliau di hari kiamat.

Dikutip dari berbagai sumber


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERBUAN PASUKAN GAJAH

Tanda-tanda Kenabian Muhammad SAW

PATI UNUS : Pejuang Pembebas Malaka