KOMIK DAN CERITA BERGAMBAR

Saat Kaum Muslimin Hijrah ke Habasyah

 

Hijrah Ke Habasyah (Ethiopia)


Beberapa bulan berlalu sejak dakwah Islam secara terbuka di tahun ke lima kenabian. Rasulullah saw terus menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang bijaksana dan nasihat-nasihat yang baik. Dengan sabar beliau tanggung segala penderitaan, penghinaan, dan pendustaan. Waktu itu kaum muslimin mendapat siksaan berat dari orang-orang musyrikin dengan tujuan mengembalikan mereka kepada agama leluhur. Setiap suku/khabilah menyiksa anggota-anggotanya yang mengikuti Rasulullah saw.

Kaum musyrikin dipimpin Abu Jahal meningkatkan siksaan dan intimidasi terhadap kaum muslimin. Seorang muslim dari golongan bangsawan diancam dengan hilangnya kekuasaan, kehormatan, dan status sosial. Seorang muslim dari kalangan pedagang diancam dengan kerugian dan hilangnya harta benda. Jika muslim yang lemah dari hamba sahaya disiksa oleh tuannya. Singkatnya, pada masa itu kaum musyrikin meneror dengan kekerasan. Ini adalah cobaan  berat bagi kaum muslimin. Namun dengan pertolongan Allah mereka tetap bertahan memegang keimanan yang sudah tertanam di hati.

Kaum musyrikin merasa bahwa intimidasi dan siksaan yang mereka lakukan kepada kaum muslimin tidak membawa hasil yang memuaskan. Hanya sedikit orang yang bisa mereka paksa untuk kembali ke agama leluhur. Sebagian besar tetap bertahan, menanggung semua siksa dengan kesabaran dan iman yang menakjubkan.

Rasulullah saw mulai merasakan bahwa Mekah bukan tempat yang aman bagi kaum muslimin. Beliau memohon agar Allah memberi petunjuk menyelamatkan kaum muslimin dari kondisi yang buruk itu. Akhirnya Rasulullah menunjuk tempat Habasyah yang sebagian besar penduduknya memeluk agama Kristen. Saat itu Habasyah dipimpin seorang Raja yang adil sehingga kaum muslimin mendapat perlindungan darinya.

Pada bulan Rajab, tahun kelima kenabian, kaum muslimin hijrah pertama ke Habasyah. Utsman bin Affan dan istrinya, Ruqayyah putri Rasulullah saw hijrah bersama sepuluh rombongan laki-laki. Empat orang diantara mereka ditemani oleh istri masing-masing. Beberapa orang yang menyertai diantaranya, Zubair bin Awwan, Abdurrahman bin Auf. Abu Salamah bin Abdil Asad dan istrinya, Abdullah bin Mas’ud, Abu Hudzaifah bin Utbah dan istrinya, Sahlah binti Suhail bin Amr dan suaminya, Ustman bin Mazh’un al Jamahi, Mush’ab bin Umair, Amir bin Rabi’ah dan istrinya, Laila binti Abu Hitsamah, Abu Sibrah, Hathib bin ‘Amr, Suhail bin Baidha, Suhail bin Wahab.

Perjalanan yang penuh resiko, meninggalkan orang-orang yang dicintai, perniagaan dan harta benda mereka. Dengan satu tujuan menyelamatkan jiwa dan agama Islam di tempat yang lebih aman. Secara rahasia mereka menempuh perjalanan, walaupun sempat tercium oleh kaum musyrikin yang kemudian mengejar mereka, namun akhirnya selamat sampai tujuan di Habasyah. Kaum muslimin diterima dengan baik oleh Raja Habasyah, Najasyi. Mereka dapat menjalankan agama Islam dengan tenang.

Pada bulan Ramadhan di tahun itu, Rasulullah saw keluar dari Masjidil Haram menghampiri para pemuka Quraisy yang sedang berkumpul. Beliau membacakan surat An-Najm. “ Demi bintang ketika terbenam ...”( QS. An Najm[53]:1) dan seterusnya sampai ayat terakhir yang artinya “ Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia)”. ( QS An Najm[52]:62). Rasulullah saw sujud. Beberapa orang musyrik Quraisyi yang hadir juga sujud. Tetapi sujudnya kaum Quraisy dengan mendustakan Rasulullah saw untuk memojokkan beliau, bahwa beliau menyebutkan nama-nama berhala mereka dengan berisi sanjungan. “ Itulah Gharaniq yang luhur, yang syafaatnya benar-benar diharapkan.” Hal ini membuat Rasulullah saw bersedih hati. Cerita tentang sujudnya orang-orang musyrik Quraisy didengar para muhajirin di Habasyah yang menganggap mereka sudah masuk Islam. Oleh karena itu beberapa orang muslimin pulang kembali ke Mekah pada bulan Syawal. Mereka kemudian mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, ada beberapa orang kembali lagi ke Habasyah dan ada yang mendapat perlindungan dari kerabatnya di Mekah.

Siksaan terhadap kaum muslimin masih terus terjadi, hal ini yang mendorong beberapa kaum muslimin melakukan hijrah kedua ke Habasyah. Hijrah kali ini berjumlan 83 orang laki-laki dan 18 atau 19 orang perempuan.

Dialog Dengan Raja Habasyah

Mendengar para muhajirin selamat dan menjalankan agama Islam dengan nyaman, kaum musyrikin Quraisy marah. Mereka mengirimkan utusan untuk mengembalikan kaum muslimin kembali ke Mekah.

Di depan Raja Najasyi, utusan kaum musyrikin Quraisy Amr bin Al Ash berkata,

“ Wahai tuan Raja, ada orang-orang menyusup ke negeri tuan. Mereka kaum kami yang membawa agama baru. Mereka yang telah memecah belah agama kami dan tidak mau masuk agama tuan. Kami diutus pembesar kami agar tuan berkenan mengembalikan mereka kepada kami.”

Para uskup yang hadir ketika itu menyarankan kepada Raja untuk menyerahkan kaum muslimin kepada para utusan itu. Raja Najasyi bertanya kepada kaum muslimin kemudian mendapat penjelasan dari Ja’far bin Abdul Muthalib sebagai juru bicara.

Raja Najasyi bertanya, “ Seperti apakah agama kalian, yang karena itu kaum kalian terpecah belah, dan agama kalian juga tidak termasuk agama kami?”

Ja’far bin Abdul Muthalib kemudian menjelaskan panjang lebar tentang agama Islam yang intinya bahwa dahulu mereka menyembah berhala dan melakukan berbagai perilaku buruk jahiliah. Dan Allah mengutus Rasul dari kalangan mereka yang terkenal terpercaya membawa risalah untuk menyembah Allah. Tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, menyuruh berbuat baik, melakukan shalat, membayar zakat dan sebagainya dari lima rukun Islam. Menjauhi apa yang diharamkan oleh Tuhan. Kemudian kaum musyrikin memusuhi menyiksa dan menyuruh kembali kepada penyembahan berhala. Kaum muslimin kemudian pergi dari negerinya meminta perlindungan ke Habasyah, dan bergembira karena mendapat perlindungan dari Tuan raja. 

“Apakah engkau bisa membacakan sedikit ajaran dari Allah yang dibawa (Rasulullah)?, tanya Raja Najasyi

Lalu Ja’far membacakan dengan menghafal “ Kaf ha’ya’ sin shad...” dari Surat Maryam. Raja Najasyi menangis hingga membasahi jenggotnya, begitu juga para uskup yang hadir mendengar bacaan tersebut.

Raja Najasyi berkata,” Sesungguhnya ini dan yang dibawa Isa benar-benar keluar dari satu misykat. Pergilah kalian berdua (utusan musyrikin Quraisy). Aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian sama sekali.”

Kedua utusan itu pergi, namun Amr bin Al-Ash berjanji kepada temannya akan datang kembali. Besoknya, Amr bin Al-Ash menghadap Raja Najasyi.

Amr bin Al-Ash berkata, “ Wahai tuan Raja, sesungguhnya mereka menyampaikan perkataan yang tidak bisa dianggap enteng tentang Isa bin Maryam.”

Raja Najasyi mengirim utusan menanyakan kepada orang-orang muslim, apa pendapat mereka tentang Isa. Di hadapan Raja dan para uskup yang hadir, Ja’far bin Abdul Muthalib menyampaikan pendapat tentang Isa sesuai yang disampaikan oleh Rasulullah.

Ja’far menjawab, “ Kami  katakan seperti yang dibawa Nabi kami, bahwa Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya, Roh-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, sang perawan suci.”

Raja Najasyi memungut potongan dahan di tanah, dan berkata, “ Isa bin Maryam tak beda jauh dengan apa yang engkau katakan, seperti potongan dahan ini.”

Para uskup Najasyi mendengus tanda ketidak setujuan pendapat raja. Raja Najasyi berkata lagi, “ Demi Tuhan, sekalipun kalian mendengus.”

Raja Najasyi berkata pada kaum muslimin, “ Pergilah, kalian aman di negeriku. Siapa yang mencaci kalian adalah orang yang tidak waras. Sekalipun aku memiliki gunung emas, aku tidak suka menyakiti seorangpun dari kalian.”

Lalu Raja Najasyi berkata pada pengawalnya, “ Kembalikan hadiah yang dibawa dua orang utusan itu. Aku tidak butuh. Demi Tuhan, Mereka tidak minta tebusan ketika mereka mengembalikan kerajaan ini padaku, apakah aku pantas mengambil hadian itu? Orang-orang tidak perlu patuh karena aku, sehingga aku pun harus patuh karenanya.”

Lalu kedua utusan musyrikin Quraisy beranjak pergi. Kaum muslimin menetap di Habasyah dengan aman.( ini berdasarkan riwayat Ibnu Ishaq)

Peristiwa kekerasan dan intimidasi kepada Rasulullah dan kaum muslimin tidak membawa hasil bagi kaum musyrikin. Kaum muslimin justru menghadapi dengan ketabahan dan keimanan dengan kepasrahan kepada Allah SWT. Peristiwa hijrah ke Habasyah mempengaruhi sebagian pandangan orang-orang Quraisy. Mengapa orang-orang Islam lebih memilih meninggalkan sanak keluarga, harta, dan tanah air daripada menyembah berhala? Dikabarkan beberapa orang-orang Quraisy pun masuk Islam.

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERBUAN PASUKAN GAJAH

Tanda-tanda Kenabian Muhammad SAW

PATI UNUS : Pejuang Pembebas Malaka