KOMIK DAN CERITA BERGAMBAR

Anak Nabi Adam Qabil Membunuh Saudaranya Sendiri (Pembunuhan Pertama Manusia)

 

Burung Gagak mengubur saudaranya


Kisah Qobil dan Habil sebagai Peringatan!

Prihatin....

Kalau kita melihat dan mendengar beberapa kasus pembunuhan dimana ditemukan jasad korbannya, sungguh mengerikan. Yang lebih mengenaskan lagi, sering terungkap bahwa pelakunya adalah orang yang dekat dengan korban, yaitu oleh anaknya sendiri, orangtuanya sendiri, paman atau bibinya sendiri dan yang semacamnya. Merekalah ternyata yang melakukan dosa keji itu dan kadang hanya disebabkan masalah sepele.


Masya Allah..Astaghfirullah..


Tidak takutkah pelaku akan ancaman hukuman dari Allah SWT?

Kisah Habil dan Qobil dalam Al Quran di bawah ini diceritakan kembali agar menjadi peringatan. Agar manusia takut kepada Allah SWT atas ancaman hukuman yang diterima di dunia maupun di akhirat karena membunuh.


Allah SWT berfirman, “ Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka(kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain(Qobil) tidak diterima. Dia (Qobil) berkata, “ Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia(Habil) berkata,” Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa. (QS. Al Maidah[5]: 27)

Sebagaimana diketahui, ibunda Hawa setiap persalinan melahirkan anak kembar laki-laki dan perempuan. Atas perintah Allah SWT , setiap anak keturunan Adam laki-laki menikahi bukan saudari perempuan kembarnya. Karena itu, Adam hendak menikahkan Habil dengan Qilima saudari kembar Qobil. Karena Qobil memendam rasa kepada saudarinya, dia menolak perintah ayahnya menyerahkan saudarinya pada Habil.

Sebagai jalan tengah, Adam as. memerintahkan mereka berdua agar mempersembahkan sebuah kurban. Setelah itu Adam as. pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Tatkala Adam as. pergi, mereka berdua ( Qobil dan Habil) mulai mempersembahkan kurbannya. Habil berkurban dengan unta betina yang gemuk, padahal ia memiliki kambing. Sedangkan Qobil berkurban dengan seikat padi yang buruk bijinya. Lalu api turun dari langit dan mengenai kurban yang dipersembahkan oleh Habil. Qobil pun marah dan berkata,” Wahai Habil, aku akan membunuhmu sehingga engkau tidak menikahi saudariku.” Habil menjawab, “ Sesungguhnya Allah hanya akan menerima (kurban)  yang dipersembahkan oleh orang yang bertakwa.” As Suddiy meriwayatkan dari Abu Malik dan Abu Shalih, dari Ibnu Abbas.

Suatu malam, Habil terlambat pulang dalam mengembala hewan ternaknya. Maka Adam as. mengutus Qobil mencari saudaranya tersebut. Ketika Qobil bertemu saudaranya, dia berkata, “ Mengapa hanya kurbanmu yang dikabulkan, sedang kurbanku tidak diterima? Habil menjawab, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.”

Mendengar jawaban itu, Qobil pun marah, mengancam akan memukul saudaranya dengan besi. Ketika itu Habil menjawab, “ Sungguh, jika engkau(Qobil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Rabb seluruh alam.” (QS. Al-Maidah [5]:28)


Demikianlah, karena rasa takut kepada Allah  SWT, Habil tidak membalas perbuatan buruk Qobil yang ingin mencelakainya. Sikap ini diilhamkan Allah melalui pengetahuan dan iman pada Habil, seperti diceritakan dalam Al Qur’an. Allah SWT berfirman :

“ Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang yang dzalim.” (QS. Al-Maidah [5]: 29)

“ Maka nafsu (qobil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi.” (QS. Al-Maidah [5]:30)


Neraka! Ancaman Hukuman bagi Pembunuh

Pada sebuah pertemuan Rasulullah saw. bersama para sahabat, ada diantaranya menanyakan tentang kedua orang yang bertengkar kemudian salah satunya terbunuh. Rasulullah saw. bersabda, “ Jika dua muslim berhadap-hadapan dengan kedua pedangnya, maka keduanya sama-sama masuk neraka.” Maka para sahabat bertanya, “Kalau yang membunuh sudah maklum. Lantas, bagaimana bisa yang dibunuh juga demikian?” Nabi saw. menjawab,” Karena dia juga berkehendak membunuh saudaranya.”(Hadist Bukhari Muslim)

Imam Ahmad, abu Dawud, dan At- Tirmidzi meriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash, dia berkata ketika terjadi pembunuhan Ustman bin Affan, “ Saya bersaksi bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, ‘Kelak akan timbul suatu fitnah. Orang yang duduk saat itu lebih baik dari orang yang berdiri. Orang yang berdiri lebih baik dari orang yang yang berjalan. Dan orang yang berjalan lebih baik dari orang yang berlari kecil.’ Kemudian Abu Sa’id bertanya, ‘Bagaimana menurut anda apabila ada seorang yang masuk ke rumahku dan dia membentangkan tangannya kepadaku untuk membunuhku?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Jadilah seperti putra Adam (Habil)’.”

Takutlah pada Allah SWT ketika hari pertanggungjawaban nanti di akhirat. Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah tentang orang yang merugi, pada hari kiamat kelak orang yang terbunuh akan menuntut pembunuhnya. Sehingga ketika kebaikan orang yang membunuh habis karena kedzaliman yang dilakukannya, maka keburukan orang yang terbunuh akan dibebankan kepadanya.

Balasan bagi pembunuh adalah dosa akumulasi dari pelaku pembunuhan setelahnya, seperti yang diriwayatkan Imam Ahmad berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dan Waki’, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Abdullah bin Murrah, dari Masruq, dari Ibnu Mas’ud, dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Tidaklah seorang jiwa dibunuh secara dzalim, melainkan anak Adam yang pertama ikut menanggung dosanya. Karena dialah orang pertama yang memberi contoh pembunuhan.”


Kembali pada kisah Qobil dan Habil, Allah SWT berfirman:

“Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qobil), bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qobil berkata,” Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini? Maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal.” (QS. Al-Maidah [5]:31)

Sebagian ulama menyebutkan, “ Setelah Qobil membunuh Habil, sebagai bentuk penyesalan dia memanggulnya di atas punggung selama satu tahun.” Ada juga yang berpendapat selama seratus tahun. Kondisinya terus begitu hingga Allah mengutus burung-burung gagak. As-Suddiy berkata dengan sanad diriwayatkan dari golongan sahabat, “ Ada dua ekor gagak yang saling menyerang, sehingga salah satu dari mereka membunuh saudaranya. Setelah saudaranya meninggal, dia menelentangkan jasad saudaranya di atas tanah, lalu membuatkan lubang untuknya, kemudian mengubur dan menimbunnya. 

Tatkala dia (Qobil) menyaksikan burung gagak melakukan hal itu untuk saudaranya, dia pun berkata, ‘Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?’ Kemudian dia melakukan seperti yang dilakukan oleh burung gagak tersebut; mengubur dan menimbun jasad saudaranya.”


Disegerakan Hukuman di Dunia

Takutlah membuat Allah SWT murka karena dosa pembunuhan. Karena siksanya sudah dirasakan di dunia. Mujahid menyebutkan bahwa Qobil langsung menerima adzab pada hari dimana ia membunuh saudaranya, berupa betisnya berpindah ke tempat pahanya, dan kepalanya menengadah ke matahari ke mana saja matahari tersebut bergerak. Hal itu sebagai balasan atas dosa yang dilakukannya, dan adzab yang disegerakan karena kesombongan dan kedengkiannya terhadap saudaranya. ( diriwayatkan oleh Ath-Thabari)

Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “ Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan hukumannya bagi pelakunya di dunia bersama dengan adzab yang ditangguhkan baginya di akhirat, selain dosa kedzaliman dan memutus tali silaturahmi.”(Hadist Riwayat Ahmad)

Yang digarisbawahi dari kisah di atas adalah sebab dari perbuatan dosa besar ini adalah kesombongan dan kedengkian. Dua sifat buruk yang menjadi pintu syetan masuk dalam hati seseorang yang menyebabkan dia melakukan pembunuhan. 

Sekali lagi takutlah pada Allah SWT. jangan membuat-Nya murka dan tidak ridho atas perbuatan terkutuk itu. Pikirkanlah ancaman yang didapat yaitu hukuman di dunia, dilanjutkan jadi penghuni neraka jahanam selamanya.

 

Sumber : Kisah-Kisah Para Nabi (Qashashul Anbiya) ; Imam Ibnu Katsir dengan Tahqiq Syaikh Nashiruddin Al - Albani

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERBUAN PASUKAN GAJAH

Tanda-tanda Kenabian Muhammad SAW

PATI UNUS : Pejuang Pembebas Malaka