KOMIK DAN CERITA BERGAMBAR

Shahabat Rasulullah Muádz Bin Jabal (Bagian Pertama)


 

Cendikiawan Yang Paling Tahu Halal dan Haram

Tatkala Rasulullah saw  mengambil baiát dari orang-orang Anshar pada perjanjian Aqabah yang kedua, di antara 70 orang para utusan itu ada seorang anak muda. Wajahnya berseri, tampak giginya yang putih dan sikap yang tenang mempesona ketika berbicara. Dialah Muádz bin Jabal, ia termasuk Assabiqunal Awwalun, golongan yang pertama masuk Islam. Ikut serta bersama Rasulullah saw dalam setiap perjuangannya.

Muádz bin Jabal seorang yang ahli dalam fiqih dan ilmu pengetahuan. Ia pun mendapat pujian dari Rasulullah saw. dengan sabdanya:

“Ummatku yang paling tahu tentang yang halal dan yang haram ialah Muádz bin Jabal.”

Kecerdasan Muádz bin Jabal dan keberanian mengemukakan pendapat hampir sama dengan Umar bin Khattab. Ketika Rasulullah saw. akan mengirimnya ke Yaman, Rasulullah saw. bertanya :

“Apa yang menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu, hai Muádz!”

“Kitabullah”, kata Muádz

“Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah?” tanya Rasulullah saw.

“Saya putus dengan Sunah Rasul”, kata Muádz

“Jika tidak kamu temui dalam Sunah Rasulullah?” tanya Rasulullah saw.

“Saya gunakan fikiranku untuk berijtihad, dan saya tak kan berlaku sia-sia”.

Maka berseri-serilah wajah Rasulullah saw., sabdanya, “ Segala puji bagi Allah yang  telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasululah.”

 Allah SWT menjadikan Muádz bin Jabal cinta kepada Al Qurán dan Hadits. Dibukakan oleh Allah SWT akal dan fikirannya untuk memahami kebenaran yang masih tersembunyi. Sehingga ia dapat memutuskan persoalan ummat dengan sebaik-baiknya. Kemampuannya untuk berijtihad dan keberanian menggunakan fikiran dan kecerdasan yang menyebabkan Muádz bin Jabal mencapai keluasan ilmu fiqih. Ia pribadi yang lebih banyak diam, tak mau bicara kecuali diminta orang tentang pendapatnya.

Shahar bin Hausyab pernah berkata:

“Bila para shahabat berbicara sedang di antara mereka ada Muádz bin Jabal, tentulah mereka akan meminta pendapatnya karena kewibawaannya!”

Dan Amirul Mu’minin Umar r.a. sering meminta pendapat Muádz bin Jabal dalam masalah hukum. Umar r.a pernah berkata, “Kalau tidak berkat Muádz bin Jabal, akan celaka Umar!”

Umar Pernah Ragu Pada Muádz bin Jabal

Muádz bin Jabal seorang yang pemurah, lapang dada dan berbudi tinggi. Ia tak pernah menolak ketika diminta sesuatu. Kemurahannya telah menghabiskan semua hartanya.

Ketika Rasulullah saw. wafat, Muádz bin jabal berada di Yaman. Ia dikirim Nabi ke sana untuk mengajari penduduk Yaman tentang seluk beluk Agama Islam. Di masa khalifah Abu Bakar r.a., Muádz kembali diutus ke Yaman. Umar bin Khattab r.a mengetahui tentang melimpahnya harta kekayaan Muádz bin Jabal. Umar bin Khattab r.amengusulkan kepada Khalifah untuk mengambil sebagian harta Muádz bin Jabal r.a. Tanpa menunggu jawaban Abu Bakar r.a, Umar bin Khatab r.a pergi ke rumah Muádz bin Jabal r.a mengemukakan masalah tersebut.

Muádz bin Jabal r.a dikenal seorang yang menjaga kesucian diri. Walaupun hartanya melimpah, kekayaan itu diperolehnya dengan cara halal. Ia sangat berhati-hati dengan hal-hal yang sifatnya syubhat. Saat Umar r.a hendak mengambil sebagian harta Muádz r.a dengan mengemukakan alasannya, Muádz r.a pun menolak tindakan Umar  r.a dengan menyampaikan alasan juga. Lalu Umar r.a berpaling dan meninggalkannya.

Pagi-pagi keesokan harinya Muádz r.a segera pergi ke rumah Umar r.a. Dirangkul dan dipeluknya Umar r.a sambil menangis, Muádz r.a berkata:

“Malam tadi saya bermimpi masuk kolam yang penuh dengan air, hingga saya cemas akan tenggelam. Untunglah anda datang dan menyelamatkan saya!”

 Kemudian bersama-sama mereka datang kepada Abu Bakar r.a. Muádz r.a meminta kepada khalifah untuk mengambil setengah dari hartanya.

“Tidak satu pun yang akan saya ambil darimu”, kata Abu Bakar r.a

“Sekarang harta itu telah halal dan jadi harta yang baik,” kata Umar r.a

Abu Bakar r.a mengetahui bahwa Muádz r.a memperoleh harta dengan jalan yang benar. Namum Umar r.a tidak berbuat salah dengan menaruh dugaan kepada Muádz r.a. Hanya saja di masa gemilang generasi pertama umat Islam, penuh dengan tokoh-tokoh utama yang berlomba mencapai puncak keutamaan. Dugaan Umar.r.a kepada Muádz r.a semata-mata menunjukkan kecintaan Umar r.a akan keselamatan Muádz r.a.

 

BERSAMBUNG ke bagian kedua


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERBUAN PASUKAN GAJAH

Tanda-tanda Kenabian Muhammad SAW

PATI UNUS : Pejuang Pembebas Malaka