KOMIK DAN CERITA BERGAMBAR

Shahabat Rasulullah SAW Abdullah Bin Umar - Sang Penyerta Malam (bag pertama)

 

Shahabat Rasulullah Abdullah Bin Umar


Shahabat Yang Sangat Setia pada Rasulullah saw

Shahabat Rasulullah ini adalah putra Umar bin Khatab. Sejak usia belia bersama ayahnya, ia baktikan hidupnya berjuang bersama Rasulullah saw. menegakkan agama Islam. Di usia baru 13 tahun, Abdullah bin Umar ingin ikut berjuang di Perang Badr. Ketika itu Rasulullah menolaknya karena usianya.

Dalam bimbingan ayahandanya, Abdullah bin Umar mempelajari berbagai kebaikan. Bersama ayahnya pula mendapat bimbingan pelajaran dari Rasulullah saw. Seperti halnya ayahnya, Abdullah bin Umar telah berhasil mencapai keimanan yang baik terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya.

Abdullah bin Umar adalah salah satu shahabat yang amat setia mengikuti jejak langkah Rasulullah. Misalnya Rasulullah saw. pernah melakukan shalat di suatu tempat, maka Abdulllah bin Umar melakukan shalat di tempat itu. Di tempat lain misalnya Rasulullah pernah berdoa sambil berdiri, maka Abdullah bin Umar berdoa ditempat itu sambil berdiri. Di sana Rasulullah pernah berdoa sambil duduk, maka Abdullah bin Umar berdoa di sana juga sambil duduk. Di suatu jalan daerah tertentu, Rasulullah pernah turun dari punggung untanya dan turun mengerjakan shalat dua raka’at. Jika Abdullah bin Umar melewati jalan itu, ia tak ketinggalan melakukan hal yang sama. Ia akan turun dari untanya melakukan shalat dua raka’at persis seperti Rasulullah.

Bahkan ia tak lupa bahwa unta tunggangan Rasulullah berputar dua kali di suatu tempat di kota Mekah sebelum Rasulullah turun dari atasnya untuk melakukan shalat dua raka’at. Dan ketika Abdullah bin Umar tiba di tempat itu, ia segera membawa untanya berputar dua kali baru bersimpuh untuk turun, dan setelah itu ia shalat dua raka’at persis seperti yang disaksikannya pada Rasulullah saw.

Hal ini karena kecintaan mendalam kepada Rasulullah. Hingga suatu masa  di usianya yang telah lanjut. Umat Muslim yang shalih saat itu membutuhkan contoh pertama dari perilaku Rasulullah. Kaum Muslim yang shalih berdoa, “ Ya Allah, lanjutkanlah usia Abdullah bin Umar, sebagaimana Allah melanjutkan usiaku, agar aku dapat mengikuti jejak langkahnya, karena aku tidak mengetahui seorang pun yang meniru dari sumber pertama selain Abdullah bin Umar.”

Kesetiannya mengikuti sunnah dan jejak langkah Rasulullah, maka Abdullah bin Umar amat hati-hati dalam menyampaikan hadits. Ia tak pernah menyampaikan hadits, kecuali ia ingat seluruh kata-kata Rasulullah saw.  Orang-orang semasa dengannya mengatakan: “Tak seorang pun di antara shahabat-shahabat Rasulullah yang lebih berhati-hati agar tidak terselip atau terkurangi satu huruf pun dalam menyampaikan hadits Rasulullah sebagaimana Ibnu Umar!”

Demikian juga dalam berfatwa, ia amat hati-hati dan lebih suka menjaga diri. Pada suatu hari seseorang meminta fatwa suatu masalah. Setelah orang itu bertanya, Abdullah bin Umar menjawab, “ Saya tidak tahu.” Orang itu berlalu meninggalkannya. Abdullah bin Umar menepuk tangannya dan berkata dalam hati, “ Ibnu Umar ditanyai orang tentang yang tidak diketahuinya, maka dijawabnya bahwa ia tidak tahu.” Ia memelihara diri dari dosa karena mengetahui bahwa ketika ia berijtihad terhadap suatu masalah, jika hasil ijtihadnya salah dapat satu pahala, jika hasil ijtihadnya benar mendapat dua pahala.

Pada suatu hari Khalifah Utsman r.a. memanggilnya untuk memegang jabatan kadli (kehakiman), Abdullah bin Umar menolaknya. Utsman r.a mendesaknya, tetapi Abdullah bin Umar berikeras dengan penolakannya. “ Apakah anda tak mau menta’ati perintahku?” tanya Utsman.

Abdullah bin Umar menjawab, “ Sama sekali tidak, hanya saya mendengar bahwa hakim itu ada tiga macam: pertama hakim yang mengadili tanpa ilmu, maka ia dalam neraka. Kedua, mengadili berdasarkan nafsu, maka ia juga di neraka. Dan ketiga yang berijtihad sedang hasil ijtihadnya benar, ia tidak berdosa juga tidak mendapat pahala. Dan saya atas nama Allah memohon kepada anda agar dibebaskan dari jabatan itu.”

Khalifah Utsman menerima keberatan itu setelah Abdullah bin Umar berjanji tidak mengungkapkan alasan itu kepada siapa pun. Karena jika orang-orang yang taqwa dan shalih mengetahui keberatan Abdullah bin Umar pasti mereka akan mengikuti langkahnya. Apalagi waktu kehidupan Agama Islam terbuka pintunya akan melimpahnya kekayaan, pangkat dan kedudukan. Daya tarik dunia telah mempesona kaum Muslimin waktu itu, Abdullah bin Umar dan beberapa shahabat Rasulullah menyediakan diri sebagai contoh teladan dalam zuhud dan keshalihan. Menjauhi kedudukan tinggi, mengatasi fitnah dan godaannya. Semua itu semata-mata karena cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya melebihi dari kenikmatan dunia. Akan didapati Abdullah bin Umar dalam menjaga kesempurnaan ketaatan dan ibadah kepada Allah.

Pribadi Yang Tekun Beribadah

Abdullah bin Umar adalah teman waktu malam. Setiap malam hari diisinya dengan melakukan shalat, membaca Al Qur’an dan berdzikir memohon ampunan. Di waktu remaja ia pernah bermimpi sebagaimana yang ia ceritakan kepada para shahabat, “ Di masa Rasulullah saw. saya bermimpi seolah-olah di tanganku ada selembar kain beludru. Tempat mana saja yang saya ingini di surga, maka beludru itu akan menerbangkanku ke sana.

Lalu tampak juga dua orang yang mendatangiku dan ingin membawaku ke neraka. Tetapi seorang Malaikat menghadang mereka: Jangan ganggu! Maka kedua orang itu memberi jalan bagiku.

Oleh Hafshah, yaitu saudariku, mimpi itu diceritakannya kepada Rasulullah saw. Maka sabda Rasulullah saw, “ Akan menjadi laki-laki paling utama Abdullah itu, bila ia sering shalat malam dan banyak melakukannya!”

Maka semenjak itu sampai dipanggil Allah, Abdullah bin Umar tidak pernah meninggalkan qiyamul lail baik waktu tinggal maupun musafir (bepergian).

Pada suatu hari ketika ia duduk di antara kawan-kawannya, lalu membaca Surah At Tathfif ayat 1 -6.

“Maka celakalah orang-orang yang berlaku curang dalam takaran! Yakni orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain meminta dipenuhi, tetapi mengurangkannya bila mereka menakar untuk orang lain. Tidakkah mereka merasa akan dibangkitkan nanti menghadapi hari yang dahsyat. Yaitu ketika manusia sama berdiri di hadapan Tuhan Rabbul ‘alamin.”

Terus saja ia mengulang-ulang ayat “Ketika manusia sama berdiri di hadapan Rabul ‘alamin!” sedang air matanya mengucur deras, hingga akhirnya ia jatuh disebabkan duka dan banyak menangis.

BERSAMBUNG KE BAGIAN KE-DUA

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERBUAN PASUKAN GAJAH

Tanda-tanda Kenabian Muhammad SAW

PATI UNUS : Pejuang Pembebas Malaka