KOMIK DAN CERITA BERGAMBAR

RASULULLAH SAW MENIKAH DENGAN KHADIJAH RA

 

Jodoh rasulullah saw


Saat itu, di kota Makkah ada seorang wanita terkenal. Ia diperhitungkan dalam dunia perdagangan. Bisnisnya dibangun atas prinsip kejujuran. Ia terkenal dengan sifat dermawan. Wanita yang teguh menjaga diri dan kehormatannya. Orang-orang menyebutnya “Thahirah” wanita yang suci.

Ia adalah Khadijah binti Khuwailid ibnu Asad ibnu Abdil Uzza ibnu Qushay. Persis di Qushay, kakeknya yang ke empat nasabnya bertemu dengan nasab Nabi Muhammad saw.

Suatu hari, Khadijah hendak mengirim kafilah dagang ke negeri Syam. Ia mencari seseorang untuk mengawasi dan memimpin kafilah dagang tersebut. Waktu itu, masyarakat Makkah sedang ramai membicarakan Muhammad ibnu Abdillah. Pemuda yang terpercaya dan berbudi luhur.

Khadijah berkata, “Aku memanggilmu karena apa yang kudengar dari orang-orang tentang perkataanmu yang jujur, integritasmu yang terpercaya dan akhlakmu yang mulia. Dan kubayar engkau dua kali lipat dari apa yang biasa diterima orang lain.”

Muhammad saw pun menerima tugas tersebut dengan senang hati.

Hari keberangkatan pun tiba. Ekspedisi dagang ke Syam ini, Muhammad saw dibantu seorang laki-laki utusan Khadijah bernama Maysarah. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Urusan perdagangan di Syam berjalan lancar. Barang-barang habis terjual. Laba besar pun didapat. Sebelum pulang, kafilah ini membeli barang-barang lain untuk dijual kembali di Makkah.

Muhammad saw bersama kafilah dagang kembali ke Makkah. Mereka disambut gembira para penduduk kota Makkah. Demikian juga Khadijah yang menunggu di balik jendela rumahnya. Muhammad saw menuju Ka’bah melakukan tawaf, kemudian menemui Khadijah untuk melaporkan hasil perdagangan dan segala urusannya. Khadijah merasa senang dan puas, berjanji akan memanggilnya kembali untuk perjalanan perdagangan berikutnya.

Pada kesempatan lain, Maysarah juga menghadap Khadijah dan bercerita tentang hal-hal aneh yang ditemuinya sepanjang perjalanan. Ia seringkali menyaksikan awan berkumpul menanungi Muhammad saw yang sedang menunggang unta di padang pasir yang panas.

Suatu hari, tutur Maysarah, Muhammad saw sedang bernaung di bawah sebuah pohon di dekat pertapaan seorang rahib Nasrani bernama Nasthura. Sang rahib bertanya kepada Maysarah.

” Siapa pemuda itu?” sambil menunjuk ke arah pohon.

Maysarah menjawab,” Pemuda itu bernama Muhammad. Kami dari Makkah yang sedang berdagang di Syam.”

Rahib Nasthura diam sebentar, kemudian berkata,” Ehm... Apakah ada tanda merah di matanya?”

“ Ya,” jawab Maysarah.

Rahib Nasthura kemudian berkata,” Pemuda yang duduk di bawah pohon itu adalah seorang nabi.”

Kepada Khadijah,Maysarah melanjutkan ceritanya.

Pernah suatu kali seorang berselisih dengan Muhammad saw. Maysarah menduga lelaki itu memang sengaja mencari persoalan. Laki-laki itu berkata kepada Muhammad saw,” Bersumpahlah dengan nama Lata dan Uzza!”

Muhammad saw menolak dan berkata,” Aku tidak pernah bersumpah dengan nama keduanya.”

Laki-laki itu berkata,” Engkau benar.” Laki-laki itu pergi begitu saja.

Tanpa sepengetahuan Muhammad saw, laki-laki itu datang menemui Maysarah dan berkata, “ Demi Tuhan,ia adalah seorang nabi. Para pendeta kami telah menerangkan ciri-cirinya berdasarkan apa yang mereka baca dalam kitab suci.”

 Mendengar cerita dari Maysarah, Khadijah menjadi sering memikirkan tentang Muhammad saw. Kemudian, Khadijah pergi menemui saudara sepupunya, Waraqah ibnu Naufal. Ia memeluk agama Nasrani sejak muda.

Waraqah berkata,” Dari kitab suci yang pernah kubaca, Allah akan mengutus rasul terakhir dari anak keturunan Isma’il yang lahir di dekat Baitullah.”

Khadijah percaya sepenuhnya akan kebenaran pernyataan Waraqah. Rasa kagum kepada Muhammad saw berganti menjadi cinta yang semakin tumbuh di hatinya. Khadijah sempat ragu. Selama ini ia menolak semua pinangan yang datang. Apa kata pemuka Quraish jika mendengar Khadijah hendak meminang Muhammad saw untuk dirinya? Hal ini sungguh bertentangan dengan adat kebiasaan di Makkah.

Ditepisnya keraguan itu. Bagi Khadijah yang biasa mengurus sendiri keluarga dan perdagangannya, bahkan biasa mempekerjakan banyak orang, ia berhak memutuskan sendiri siapa yang menjadi pendamping hidupnya. Apalagi ia memilih Muhammad saw karena budi pekerti yang mulia dan perilaku yang luhur.

Lalu Khadijah meminta Nafisah binti Umayya untuk membantu melakukan pendekatan awal pada Muhammad saw. Nafisah mendatangi Muhammad saw. Ia menasehati pentingnya menikah seperti ibu menasehati anaknya.

Nafisah bertanya,” Apa yang menghalangimu untuk menikah?”

Muhammad saw menjawab,” Aku orang miskin yang tak punya harta.”

Nafisah berkata,” Engkau dikenal jujur dan berakhlak mulia. Banyak orang tua mengharap engkau datang meminang putri mereka.”

Lanjut Nafisah,” Jika kupilihkan seorang wanita yang cantik, kaya, mulia dan cocok untukmu, maukah engkau menikah?”

Muhammad saw bertanya,” Siapa wanita itu?”

Nafisah menjawab,” Khadijah.”

Muhammad saw kembali bertanya,” Bagaimana mungkin?”

Nafisah menjawab,” Aku akan mengaturnya.”

Muhammad saw menerimanya. Hari pernikahan pun tiba. Muhammad saw didampingi oleh Bani Hasyim dipimpin paman beliau Abu Thalib dan Hamzah. Hadir juga bersamanya, bani Mudhar. Sedangkan Khadijah didampingi oleh bani Asad dipimpin oleh Amr ibnu Asad. Mahar yang diberikan kepada Khadijah adalah 20 ekor unta. Usia Muhammad saw saat itu 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.

 

Baca juga :

Masa Remaja Rasulullah SAW

Masa Kecil Rasulullah

Ibu sepersusuan Rasulullah

Ibunda Kandung Rasulullah SAW

Kakek Rasulullah SAW


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERBUAN PASUKAN GAJAH

Tanda-tanda Kenabian Muhammad SAW

PATI UNUS : Pejuang Pembebas Malaka